ABSTRAK Misbah Baihaqi
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Meningkatnya produksi nikel di Indonesia diiringi dengan peningkatan limbah industri yang mengandung nikel, salah satunya adalah limbah electroplating. Untuk menanggulangi tantangan pencemaran lingkungan oleh limbah yang mengandung logam berat nikel, dilakukan upaya dalam mengurangi kontaminan dengan proses fitoremediasi. Fitoremediasi dengan tanaman ekor kucing (Typha latifolia) merupakan pendekatan remediasi limbah yang dilakukan dikarenakan tanaman ekor kucing diketahui memiliki toleransi yang tinggi terhadap logam berat. Meski demikian, biomassa ekor kucing hasil fitoremediasi perlu dikonversi menjadi suatu bioproduk agar tidak ada limbah baru yang dihasilkan selama proses fitoremediasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan tanaman ekor kucing dalam meremediasi limbah electroplating pada vertical subsurface constructed wetland dengan variasi konsentrasi kontrol, 385 ppm, dan 1100 ppm, serta memanfaatkan biomassa T. latifolia hasil fitoremediasi untuk memproduksi gula pereduksi dengan hidrolisis oleh jamur Aspergillus oryzae. Parameter yang diamati pada kualitas air limbah meliputi pH, Total Dissolved Solids (TDS), Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), dan persentase removal nikel pada limbah, sedangkan parameter yang diamati pada tanaman ekor kucing meliputi Relative Growth Rate (RGR), Bioconcentration Factor (BCF), dan Translocation Factor (TF). Selain itu, juga diukur kadar gula pereduksi, yang mencakup glukosa, xilosa, mannosa, dan arabinosa, dari hidrolisis T. latifolia hasil fitoremediasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman T. latifolia dapat meremediasi limbah electroplating yang mengandung logam nikel hingga 1100 ppm dengan nilai RGR tanaman sebesar 0,0018; penurunan TDS hingga 67,18%; penurunan kadar BOD dan COD hingga 67,16% dan 66,67%; serta nilai TF 0,238. Tanaman T. latifolia dapat mengakumulasi logam berat nikel pada bagian akarnya hingga 47 ppm dengan persentase removal logam nikel 99,99%. Lalu, hasil hidrolisis pada perlakuan biomassa kontrol, 385 ppm, dan 1100 ppm dengan jamur Aspergillus oryzae menghasilkan kadar gula pereduksi hingga 0,338; 0,213; dan 0,195 mg/ g berat kering biomassa. Gula pereduksi yang dihasilkan berpotensi untuk digunakan sebagai bahan baku pada industri kimia ataupun sebagai bahan baku dalam produksi bioetanol.