digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Affrida Amalia
PUBLIC sarnya

BAB_1 Affrida Amalia
PUBLIC sarnya

BAB_2 Affrida Amalia
PUBLIC sarnya

BAB_3 Affrida Amalia
EMBARGO  2026-09-06 

BAB_4 Affrida Amalia
EMBARGO  2026-10-16 

BAB_5 Affrida Amalia
EMBARGO  2026-10-16 

BAB_6 Affrida Amalia
EMBARGO  2026-09-06 

2023_TS_PP_AFFRIDA_AMELIA _DAFUS.pdf
EMBARGO  2026-08-11 

2023_TS_PP_AFFRIDA_AMELIA _LAMPIRAN.pdf
EMBARGO  2026-08-11 

Pada awal tahun 2020 hampir semua negara termasuk Indonesia mengalami penyebaran wabah yang mematikan yaitu virus Corona. Virus ini merupakan keluarga besar virus yang diketahui menyebabkan infeksi pernapasan. World Health Organization (WHO) menyatakan Covid-19 sebagai Global Pandemic pada 11 Maret 2020. Pandemi Covid-19 menyebabkan dampak negatif di sektor-sektor utama seperti perjalanan dan pariwisata. Sektor pariwisata telah menghabiskan sekitar Rp 85 triliun dari pendapatan pariwisata Indonesia sepanjang tahun 2020- 2021. Hal tersebut diakibatkan karena meningkatnya pembatasan perjalanan, pembatalan acara besar dan keengganan untuk melakukan perjalanan internasional dan domestik. Dengan demikian, peran penanggulangan bencana menjadi sangat penting untuk diperhatikan terlebih pada sektor pariwisata. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 menjelaskan bahwa salah satu tujuan penanggulangan bencana yaitu untuk menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh. Dalam hal ini, pemerintah melakukan banyak upaya dalam penanggulangan bencana ancaman biologi (Covid-19). Adapun upaya-upaya tersebut adalah melakukan pembentukan tim khusus untuk penanganan Covid-19, penerapan kebijakan-kebijakan pembatasan aktivitas sosial, pembuatan aplikasi pelacakan masyarakat pada status kesehatannya dan tindakan promosi pariwisata untuk meyakinkan wisatawan yang dilakukan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Upaya yang dilakukan oleh Kemenparekraf ini berupa program penerapan protokol kesehatan berbasis pada Cleanliness, Health, Safety dan Environment Sustainability (CHSE) yang diperuntukkan bagi pelaku usaha di industri pariwisata. Selain itu, Kemenparekraf melakukan sales mission dalam event-event internasional seperti ITB Berlin dengan konsep hybrid online dan juga bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri untuk mempersiapkan skema travel bubble. Dalam konteks ini, Kota Bandung merupakan salah satu daerah dengan jumlah infeksi Covid-19 tertinggi di provinsi Jawa Barat yang menyebabkan pembatasan aktivitas termasuk di area pariwisata. Di samping itu, Kota Bandung juga menjadi kota yang memiliki nilai sejarah, salah satunya Jalan Braga dan Asia-Afrika. Kawasan ini memiliki nilai historis yang tinggi seperti terjadinya perubahan lahan yang bersifat komersial pada masa 1920-an hingga 1930-an di Jalan Braga dan Gedung Merdeka dan Museum Konferensi Asia – Afrika sebagai tempat perkumpulan kalangan elit Eropa yaitu Societeit Concordia di Jalan Asia-Afrika. Dengan demikian, Jalan Braga dan Asia-Afrika dikenal sebagai icon di Kota Bandung karena bangunan-bangunannya yang memiliki desain gaya indische dan art deco. Jalan Braga dan Asia-Afrika juga sering kali sebagai lokasi yang diselenggarakannya berbagai event seperti Braga Festival, Braga Culinary Night dan Asia-Afrika Car Free Night. Di sisi lain, Kota Bandung melimpahkan tugas dalam penanggulangan bencana kepada Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) yang berstatus bidang. Hal ini karena Kota Bandung merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang belum memiliki Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Melihat potensi bencana di Kota Bandung baik bencana alam dan khususnya bencana ancaman biologi dengan identitas kota yang kaya akan atraksi wisatanya, dalam kasus ini peran pemangku kepentingan menjadi sangat penting terhadap penanggulangan bencana terutama di kawasan wisata karena tidak adanya BPBD di Kota Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sejauh mana penerapan manajemen bencana ancaman biologi khususnya pandemi Covid-19 di kawasan wisata Braga dan Asia-Afrika Kota Bandung. Analisis manajemen bencana yang digunakan dalam penelitian ini adalah model manajemen bencana dalam konteks pariwisata yang digagas oleh Faulkner. Model manajemen bencana tersebut terdiri dari enam fase yaitu pre – event, prodromal, emergency, intermediate, long – term (recovery) dan resolution. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan sumber data yang diperoleh secara langsung melalui dokumen – dokumen dan observasi yang terdapat di Jalan Braga dan Asia – Afrika serta para informan yang potensial untuk menjelaskan secara detail tentang informasi penting terkait manajemen bencana dalam konteks Covid-19 yang dibutuhkan berdasarkan variabel di setiap fase model manajemen bencana di pariwisata. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen bencana ancaman biologi (Covid-19) di kawasan Braga dan Asia – Afrika bisa teridentifikasi dalam penerapan manajemen bencana di kawasan pariwisata setiap fasenya. Dari hasil elaborasi pada ketiga penelitian terdahulu, diharapkan pada fase resolution dari penerapan model manajemen bencana ancaman biologi belajar dari penanganan Covid-19 di India dalam peningkatan manajemen bencana di masa depan dapat diimplementasikan di kawasan Braga dan Asia – Afrika dengan menyesuaikan aspek secara holistik. Dengan demikian, dapat menghasilkan model manajemen bencana ancaman biologi (pandemi Covid-19) yang lebih relevan untuk kawasan wisata Braga dan Asia – Afrika ke depannya.