Tinggian Bandar Agung-Meraksa terletak di batas paling Selatan dari cekungan
Sumatra Selatan. Wilayah ini dikelola oleh PT Pertamina Hulu Energi sebagai area
eksplorasi dari wilayah kerja Ogan Komering. Dari hasil pengeboran sumur BDA-
1 (2014), tinggian ini telah terbukti sebagai cebakan hidrokarbon di rekahan alami
batuan dasar dengan laju alir gas sebesar 3.4 juta kubik kaki per hari. Usaha untuk
mendeliniasi sebaran rekahan alami di batuan dasar dilakukan dengan pengeboran
sumur eksplorasi JTB-1 (2015), NRM-1 (2015) dan BDA-2 (2022), di tinggian
tersebut, namun sumur-sumur tersebut belum mengindikasikan keberadaan
hidrokarbon di batuan dasar meskipun rekahan alami teridentifikasi berkembang.
Karakterisasi rekahan kritis dan pemodelan rekahan alami diperlukan untuk
mengetahui karakteristik dan sebaran rekahan alami yang dapat mengalirkan
hidrokarbon di kedua tinggian tersebut dan hubungannya dengan tegasan regional
dan struktur geologi yang berkembang di daerah tersebut.
Data seismik 3D seluas 336 Km2 dan data 5 sumur eksplorasi yang meliputi data
log tali kawat sumur, log gambar, log pengeboran, data cutting dan SWC digunakan
dalam penelitian ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
pemetaan bawah permukaan, restorasi penampang seimbang, analisis geomekanik
dan pemodelan rekahan dengan metode Dislokasi Elastik (Elastic Dislocation
Model). Pemodelan rekahan alami dilakukan dengan memprediksi orientasi,
kemiringan dan intensitas rekahan di batuan dasar yang selanjutnya rekahanrekahan
yang berpotensi membuka pada kondisi tegangan saat ini (rekahan kritis)
dapat diidentifikasi sebagai zona permeabel yang memiliki berpotensi menjadi zona
produktif pada batuan dasar.
Pemetaan bawah permukaan dan restorasi penampang seimbang menunjukkan
daerah penelitian dipengaruhi oleh beberapa fase deformasi, yaitu fase
ekstensional, fase tektonik stabil dan fase kontraksional dengan tren orientasi
struktur timur laut-barat daya, barat-laut tenggara dan timur-barat. Analisis
geomekanik menunjukkan rezim tegasan sesar geser berlaku di area ini pada saat
ini. Berdasarkan interpretasi log gambar di batuan dasar, terdapat dua kelompok
rekahan konduktif yang terbentuk dengan orientasi jurus utara-Selatan di tinggian
Meraksa dan orientasi timur laut-tenggara di tinggian Bandar Agung. Orientasi
tegasan utama teridentifikasi memiliki arah timur laut-barat daya. Orientasi rekahan
terbuka yang berbeda antara dua tinggian tersebut menunjukkan pengaruh yang
kuat dari sesar-sesar lokal yang menyebabkan variasi arah tegasan utama yang
berpengaruh terhadap berbedanya orientasi rekahan-rekahan yang terbuka pada
kondisi saat ini.
Pemodelan rekahan di batuan dasar menunjukkan kecenderungan perkembangan
rekahan dengan intensitas tinggi terpusat pada zona-zona patahan dan lengkungan
maksimum dari struktur di kedua tinggian tersebut. Zona-zona dengan kondisi
rekahan yang telah memasuki zona kritis teridentifikasi memiliki arah yang pararel
dengan arah tegasan utama lokal yang berlaku saat ini. Daerah yang memiliki
akumulasi rekahan kritis dalam model 3D berpotensi sebagai akumulasi zona
permeabel di interval batuan dasar.