COVER Anugrah Putra
EMBARGO  2026-08-18 
EMBARGO  2026-08-18 
BAB1 Anugrah Putra
EMBARGO  2026-08-18 
EMBARGO  2026-08-18 
BAB2 Anugrah Putra
EMBARGO  2026-08-18 
EMBARGO  2026-08-18 
BAB3 Anugrah Putra
EMBARGO  2026-08-18 
EMBARGO  2026-08-18 
BAB4 Anugrah Putra
EMBARGO  2026-08-18 
EMBARGO  2026-08-18 
BAB5 Anugrah Putra
EMBARGO  2026-08-18 
EMBARGO  2026-08-18 
Industri farmasi dunia merupakan salah satu kontributor terbesar terhadap ekonomi dunia, total
pendapatan dari industri farmasi dunia mencapai 1,27 triliun dolar Amerika. Pada tahun 2015-2019
industri farmasi di Indonesia mengalami pertumbuhan yang ditandai dengan bertambahnya jumlah
industri farmasi di Indonesia. Meskipun industri farmasi di Indonesia mengalami pertumbuhan, tetapi
produksi obat-obatan di Indonesia masih bergantung dengan bahan baku obat yang didapatkan secara
impor. Selain itu, industri farmasi dunia juga menyumbang jejak karbon sebesar 1,9 milliar ton CO2.
Green chemistry atau kimia hijau saat ini mulai diaplikasikan pada skala industri. Kimia hijau
mempunyai beberapa prinsip penting di antaranya adalah mengurangi pembentukan limbah, efisiensi
penggunaan bahan dan energi, menggunakan reagen yang lebih aman, menggunakan bahan baku
terbarukan, menggunakan katalis, mengurangi polusi, dan mengurangi kecelakaan akibat bahan kimia
yang berbahaya. Pada penelitan ini digunakan senyawa para-Hidroksiasetofenon yang banyak
ditemukan di Indonesia untuk mensintesis senyawa obat parasetamol. Parasetamol dikenal sebagai salah
satu obat analgesik dan antipiretik yang tidak mempunyai efek anti inflamasi, parasetamol biasanya
digunakan untuk meredakan demam dan sakit kepala. Penerapan kimia hijau pada proses sintesis
senyawa obat parasetamol ini lebih ramah terhadap lingkungan. Salah satu metode sintesis parasetamol
adalah metode Hoechst-Celanese yang menggunakan senyawa para-Hidroksiasetofenon sebagai bahan
bakunya. Pertama-tama dibuat senyawa para-Hidroksiasetofenon Oksim yang didapat melalui reaksi
antara para-Hidroksiasetofenon yang dicampurkan dengan hidroksilamin hidroklorida, natrium asetat,
dan air sebagai pelarutnya. Digunakan suhu refluks 90 °C dengan waktu reaksi selama 4 jam dalam
kondisi inert. Didapatkan produk para-Hidroksiasetofenon Oksim yang tak bebas ion klorida (Cl-
)
dengan persen rendemen sebesar 78,45%, sementara itu produk para-Hidroksiasetofenon Oksim bebas
ion klorida didapatkan dengan persen rendemen sebesar 15,64%. Selanjutnya dilakukan sintesis
parasetamol menggunakan senyawa oksim yang didapat, senyawa oksim yang didapat direaksikan
dengan asam oksalat dengan perbandingan mol 1:1 yang berlangsung pada suhu leleh campurannya
yaitu 140 °C selama 4 jam dalam kondisi inert. Didapatkan produk yang sudah dimurnikan berupa
parasetamol dengan persen rendemen sebesar 60,14%. Selain itu, dilakukan juga scale up reaksi sintesis
parasetamol, didapatkan produk dengan persen rendemen 19,12%. Penentuan struktur akhir senyawa
yang didapat dilakukan menggunakan Nuclear Magnetic Resonance (NMR), selain itu dilakukan juga
uji titik leleh, dan perbandingan dengan standar