digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Anisa Lis Masa Miranti
PUBLIC Latifa Noor

PUSTAKA Anisa Lis Masa Miranti
PUBLIC Latifa Noor

COVER Anisa Lis Masa Miranti
EMBARGO  2026-08-08 

BAB1 Anisa Lis Masa Miranti
EMBARGO  2026-08-08 

BAB2 Anisa Lis Masa Miranti
EMBARGO  2026-08-08 

BAB3 Anisa Lis Masa Miranti
EMBARGO  2026-08-08 

BAB4 Anisa Lis Masa Miranti
EMBARGO  2026-08-08 

BAB5 Anisa Lis Masa Miranti
EMBARGO  2026-08-08 

Asma dapat menyebabkan inflamasi kronik pada saluran pernapasan yang dapat menyebabkan timbulnya gejala seperti sesak napas dan gejala lainnya. Asma merupakan salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia yang cukup serius dikarenakan jumlah penderita asma di Indonesia yang cukup banyak. Salbutamol merupakan salah satu obat yang banyak digunakan untuk meredakan penyakit asma. Oleh karena itu, ketersediaan obat salbutamol di Indonesia menjadi sangat penting untuk mencukupi kebutuhan obat bagi masyarakat. Saat ini Indonesia masih mengimpor bahan baku obat sebesar 90%. Hal tersebut menyebabkan Indonesia menjadi ketergantungan terhadap bahan baku obat impor. Pada penelitian ini digunakan 4-asetilfenol yang merupakan produk asetilasi fenol sebagai bahan baku untuk sintesis obat salbutamol karena bahan baku tersebut dapat diproduksi di Indonesia. Selain itu, sintesis salbutamol yang dikembangkan akan mengadopsi beberapa prinsip kimia hijau sehingga dapat memperbaiki rute sintesis yang sudah ada, yaitu mencegah pencemaran lingkungan dan limbah yang berasal dari bahan kimia beracun dan berbahaya. Pada penelitian ini, sintesis salbutamol melalui fungsionalisasi posisi ortho 4-asetilfenol. Reaksi antara 4- asetilfenol dengan paraformaldehid di dalam campuran asam asetat glasial dan asam klorida pekat pada suhu ruang menghasilan 6-asetil-1,3-benzodioksan yang memiliki karakteristik padatan berwarna putih dengan rendemen yang rendah sebesar 4,7%. Sementara formilasi 4-asetilfenol melalui reaksi ReimerTiemann, di mana 4-asetilfenol direaksikan dengan kloroform dalam etanol pada kondisi basa NaOH dan trietilamin (Et3N) yang berlangsung selama 8 jam menghasilkan 5-asetil-2-hidroksibenzaldehid berupa padatan berwarna kuning menghasilkan rendemen lebih baik sebesar 6,9%. Kondisi reaksi dengan waktu yang lebih singkat yang berlangsung selama 4 jam menghasilkan produk rendemen 3,9%. Penggantian basa dengan KOH pada kondisi reaksi Reimer-Tiemann menghasilkan produk dengan rendemen lebih baik sebesar 14,2%. Dua senyawa yang diperoleh di atas, yaitu 6-asetil-1,3-benzodioksan dan 5-asetil-2- hidroksibenzaldehid merupakan senyawa prekursor penting dalam sintesis obat asma jenis salbutamol. Penentuan struktur produk murni dapat dilakukan karakterisasi dengan menggunakan metode spektroskopi NMR.