digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Jovian Addo Putra
PUBLIC Resti Andriani

BAB 1 Jovian Addo Putra
PUBLIC Resti Andriani

BAB 2 Jovian Addo Putra
PUBLIC Resti Andriani

BAB 3 Jovian Addo Putra
PUBLIC Resti Andriani

BAB 4 Jovian Addo Putra
PUBLIC Resti Andriani

BAB 5 Jovian Addo Putra
PUBLIC Resti Andriani

BAB 6 Jovian Addo Putra
PUBLIC Resti Andriani

PUSTAKA Jovian Addo Putra
PUBLIC Resti Andriani

Ketentuan klasifikasi sumberdaya batubara di Indonesia telah ditetapkan pada SNI 5015:2019 dimana batubara di Indonesia dibagi menjadi tiga berdasarkan kompleksitas geologinya yaitu sederhana, moderat dan kompleks. Umumnya penentuan kompleksitas geologi pada umumnya dilakukan dengan pengamatan lapangan oleh seorang geologis yang bersifat subjektif sehingga perlu adanya suatu metode dalam mengkuantifikasi ketidakyakinan geologi. Analisis spasi lubang bor (DHSA) terbukti mampu dalam menganalisis dan mengevaluasi spasi lubang bor yang telah ada (existing) dengan menggunakan teknik geostatistik sehingga dapat memperhitungkan ketidakpastian geologi. Tujuan penelitian ini untuk membandingkan dan mengevaluasi spasi bor optimum pada setiap cekungan batubara dengan klasifikasi menurut SNI 5015:2019. Nilai spasi bor optimum didapatkan dengan melakukan perhitungan menggunakan metode Global Estimation Variance (GEV), Kriging Variance (KV) dan Kriging Efficiency (KE). Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa hasil DHSA menggunakan GEV pada kondisi geologi sederhana memiliki spasi rata-rata sebesar 600 m untuk kategori terukur, 1200 m untuk kategori tertunjuk dan 3000 m untuk kategori tereka. Sedangkan untuk kondisi geologi moderat didapatkan hasil sebesar 200 m untuk kategori terukur, 400 m sebesar tertunjuk dan 1000 m untuk katgeori tereka. Apabila hasil tersebut dibandingkan dengan ketentuan SNI pada kondisi geologi sederhana, batas optimum spasi bor rata-rata kategori terukur dan tertunjuk dengan metode GEV relatif sama dengan ketentuan SNI akan tetapi pada kategori tereka dinilai terlalu jauh dengan ketentuan SNI. Sedangkan pada kondisi geologi moderat, hasil DHSA kategori terukur dan tertunjuk relatif lebih rapat dibanding ketentuan SNI lalu untuk kategori tereka telah sesuai. Hasil dari KV dan KE didapatkan bahwa spasi rata-rata setiap kategori sumberdaya dengan variabel ash lebih rapat dibanding variabel thickness yang dapat mencakup spasi yang lebih lebar pada kategori terukur. Sehingga didapatkan bahwa range spasi variabel thickness dengan metode KE lebih sesuai dan mendekati dengan klasifikasi menurut SNI.