Salah satu metode elektromagnetik yang digunakan pada pencitraan bawah
permukaan bumi adalah metode Controlled Source Audio-Frequency
Magnetotelluric (CSAMT). Metode CSAMT memanfaatkan sumber medan buatan
yang dibangkitkan melalui sebuah transmiter. Sumber medan buatan ini cenderung
lebih stabil dan lebih cepat dalam pengambilan data dibandingkan dengan metode
pasif seperti magnetotellurik (MT). Metode CSAMT banyak digunakan dalam
eksplorasi fisika seperti pada kajian eksplorasi minyak bumi, kajian mineral dan
logam, penentuan struktur litologi bawah permukaan, kajian air bawah permukaan,
dan penentuan potensi panas bumi. Telah dilakukan penelitian terdahulu berupa
pengukuran dengan menggunakan metode CSAMT pada daerah prospek panas
bumi. Pengukuran pada metode CSAMT tebagi kepada tiga zona pegukuran.
Adapaun zona tersebut adalah near field, transisi, dan far field. Pada zona near field
dan transisi data yang didapatkan perlu dikoreksi terlebih dahulu dengan
menggunakan metode koreksi efek sumber. Pengambilan data dilakukan pada
daerah Tulehu, provinsi Maluku. Secara geografis, Tulehu merupakan sebuah
daerah yang terletak diarah timur dari pulau Ambon. Daerah ini memiliki
ketinggian 10 – 450 meter. Terdapat dua gunung vulkanik yaitu Gunung Eriwakang
dengan ketinggian 350 meter dan gunung Salahutu dengan ketiggian 900 meter.
Kedua gunung berapi ini sudah tidak aktif. Berdasarkan struktur geologi batuan
penyusun daerah Tulehu dan sekitarnya berupa Limestone yang memiliki
presentase sekitar 24,72 %. Selain itu juga terdiri dari Aluvial tepatnya pada daerah
disekitar teluk Tulehu dan gunung Terang Alam (Huwe). Pada daerah yang berada
disekitar gunung Eriwakang struktur batuan berupa Pyroklastik yang menutupi
bagian atas gunung.
Secara struktur geologi daerah ini memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi
sumber energi panas bumi. Hal ini dikarenakan terdapat informasi geologi dari area
penelitian berupa manifestasi panas bumi berupa mata air panas. Struktur patahan
didominasi oleh patahan normal seperti patahan Banda, patahan Banda-Hatuasa,
dan patahan Huwe dengan orientasi barat daya-timur laut. Beberapa penelitian
terdahulu sudah pernah dilakukan pada daerah ini, seperti pengukuran dengan
menggunakan metode gravity. Dari hasil inversi 2D Data CSAMT diperoleh hasil
pada daerah dangkal cenderung nilai resistivitas dari sedang ke tinggi, sedangkan
pada daerah yang lebih dalam nilai resistivitas cenderung lebih rendah. Terdapat
beberapa kemungkinan penyebab nilai resistivitas rendah seperti keberadaan kantung magma, keberadaan zona hidrotermal, dan keberadaan zona teralterasi
hidrotermal. Hasil model CSAMT terkonfirmasi dengan adanya hasil data
pengukuran gravity. Anomali gravity yang tinggi dibagian barat daya
mengindikasikan intrusi batuan magmatik yang kuat. Diperkirakan pada daerah ini
terdapat batuan magmatik yang berasal dari magma yang sudah membeku, namun
masih menyimpan panas yang berpotensi menjadi heat source pada sebuah sistem
panasbumi.