digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Karin Rosalinda
PUBLIC Alice Diniarti

Buah dan sayur merupakan produk pasca panen dengan masa simpan yang cukup rendah akibat proses respirasi. Hal ini dapat meningkatkan resiko terjadinya proses pembusukan dan kontaminasi agen mikrobiologis. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegahnya adalah edible coating, yaitu metode modifikasi atmosfer untuk memperlambat laju respirasi. Secara umum, edible coating tersusun atas komponen matriks dan aditif. Biosurfaktan merupakan salah satu komponen aditif yang berpotensi untuk digunakan dalam edible coating karena bersifat antibakteri, anti-adhesive, dan mampu menjadi barrier kelembaban produk pasca panen. Biosurfaktan harus tergolong Generally Recognized as Safe (GRAS), sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi isolat kandidat penghasil biosurfaktan dari dadih yang berpotensi menjadi senyawa aditif dalam edible coating. Penelitian ini dimulai dengan mengisolasi isolat bakteri dadih dengan karakteristik yang berbeda menggunakan analisis biokimia, mikroskopis, makroskopis, dan sekuensing 16sRNA. Kemudian, dilakukan screening kemampuan isolat untuk menghasilkan biosurfaktan dengan uji emulsifikasi. Pada isolat terpilih, dilakukan pembuatan kurva produksi, kurva Critical Micelle Concentration (CMC), dan analisis FTIR untuk mengetahui karakteristik penyusun biosurfaktan. Setelah itu, dilakukan uji antibakteri dan anti-adhesive pada bakteri model, yaitu S.aureus ATCC 6538 dan E.coli ATCC 8739 dengan microdilution. Kemampuan anti-adhesive juga dilakukan dengan visualisasi menggunakan Confocal Laser Scanning Microscopy (CLSM), contact angle, serta uji in vivo pada tomat. Pada hasil penelitian, didapatkan 20 isolat kandidat penghasil biosurfaktan. Namun, berdasarkan perbedaan karakteristik dari hasil uji mikroskopis, makroskopis, dan biokimia, hanya didapatkan 4 isolat kandidat penghasil biosurfaktan (BAL1, BAL2, BAL3, dan BAL4) yang tergolong dalam bakteri asam laktat (Lactiplantibacillus sp. dan Leuconostoc sp.). Pada hasil screening biosurfaktan dengan uji emulsifikasi, dipilih isolat BAL2 karena mampu menghasilkan biosurfaktan dengan indeks elmusifikasi tertinggi di Mineral Salt Medium, yaitu 64,48%. Analisis lanjutan dilakukan dengan pembuatan kurva produksi biosurfaktan isolat BAL2. Pada kurva tersebut, yield dan indeks emulsifikasi terbesar biosurfaktan dihasilkan pada jam ke-72 (fase stasioner), yaitu sebesar 0,369 gr/L; indeks emulsifikasi 60,68%; dan penurunan tegangan permukaan dari 34,2 dyne/cm2 ke 20 dyne/cm2. Nilai CMC yang didapatkan sebesar 2 gr/L. Tingkat inhibisi biosurfaktan BAL2 terhadap bakteri uji (antibakteri dan anti-adhesive) masing- masing sebesar 18,79% dan 55,26% untuk E.coli ATCC 8739, serta 31,6% dan 74,63% untuk S.aureus ATCC 6538 pada konsentrasi 3 gr/L. Pada uji contact angle dan CLSM, terdapat peningkatan sifat hidrofilik yang ditandai dengan hasil visualisasi penempelan bakteri di permukaan kaca dan penurunan nilai sudut kontak sebesar 28° (kaca objek), 29° (polystyrene), dan 30°(permukaan kulit tomat) pada konsentrasi 3 gr/L. Pada uji anti-adhesive tomat, biosurfaktan tidak berperan secara signifikan dalam penurunan jumlah sel bakteri (terdapat peningkatan sebesar 30,79%) dan fungi (terdapat penurunan sebesar 3,44%) pada konsentrasi 3 gr/L. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa biosurfaktan BAL2 berpotensi menjadi senyawa antibakteri dan anti-adhesive, namunkonsentrasinya perlu dioptimasi kembali dan penggunaannya sebagai komponen aditif edible coating harus dikombinasikan dengan bahan matriks seperti lipid, karbohidrat, atau protein apabila akan digunakan sebagai pelapis permukaan tomat.