Limbah kayu jati yang melimpah di Desa Tempellemahbang Kabupaten Blora yang disebut
dengan isitilah rencek, dieksplorasi melalui proses kreatif oleh penulis dan digunakan sebagai
medium berkarya seni rupa kontemporer. Kesadaran atas eksplorasi rencek sebagai medium
berkarya seni lukis didukung adanya intuisi estetik penulis, serta keterkaitan habitus antara
masyarakat Desa Tempellemahbang dengan penulis. Adapun metode penciptaan karya yaitu,
penulis mengumpulkan & merumuskan permasalahan yang berkaitan dengan topik habitus
masyarakat Desa Tempellemahbang, menafsirkan topik permasalahan yang usung oleh penulus
untuk dijadikan sebuah gagasan pada karya, proses rancangan karya mulai dari medium yang
digunakan hingga visualisasi bentuk karya, dan tahap eksekusi dan realisasi karya. Dalam
penciptaan karya ini, penulis tertarik dan menggunakan referensi karya dari beberapa seniman
Indonesia Heri Dono, Amrus Natalsya, dan Masmundari. Penulis bereksplorasi menggunakan
medium rencek kayu jati dan menghasilkan lima karya dengan judul karya diantara lain; (1) Si
Gadis Desa, (2) Tutup Telinga dan Teriaklah, (3) Blandong Kayu, (4) Langkah Nafkah Hidup dan
(5) Raut Ekspresi Kami. Penulis yang merupakan warga asli Desa Tempellemahbang tergugah dan
ingin menyuarakan isu ketidaknyamanan hunian di lingkungan dengan merepresentasikannya
dalam wujud karya seni. Penulis menggunakan medium limbah rencek kayu yang berasal dari
industri. Penulis tertarik dengan segala aktivitas, ekspresi dan respon masyarakat sekitar mengenai
lingkungan industri kayu yang dapat diekspresikan ke dalam karya seni kontemporer. Melalui
karya seni lukis ini, diharapkan mampu menjadi media ekspresi artistik dalam mengungkapkan
ekspresi masyarakat yang “tertindas” oleh kaum kapitalis.