digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Reni Amaranti
PUBLIC Dewi Supryati

COVER RENI AMARANTI
PUBLIC Dewi Supryati

BAB1 RENI AMARANTI
PUBLIC Dewi Supryati

BAB2 RENI AMARANTI
PUBLIC Dewi Supryati

BAB3 RENI AMARANTI
PUBLIC Dewi Supryati

BAB4 RENI AMARANTI
PUBLIC Dewi Supryati

BAB5 RENI AMARANTI
PUBLIC Dewi Supryati

BAB6 RENI AMARANTI
PUBLIC Dewi Supryati

PUSTAKA RENI AMARANTI
PUBLIC Dewi Supryati

Isu-isu lingkungan seperti kelangkaan sumber daya alam, pemanasan global, polusi, dan pengelolaan limbah telah menjadi perhatian dunia termasuk dunia industri. Perusahaan-perusahaan manufaktur yang pada umumnya mengkonsumsi sumber daya alam dalam jumlah banyak dituntut untuk dapat merespon isu-isu lingkungan tersebut. Salah satu cara untuk merespon isu-isu tersebut adalah dengan menerapkan green manufacturing. Untuk mengimplementasikan green manufacturing, perusahaan perlu melakukan perubahan pada produk yang dihasilkan dan proses yang dilakukan. Implementasi green juga membutuhkan perubahan cara pandang dan komitmen semua bagian di perusahaan untuk memperhatikan aspek lingkungan pada setiap kegiatan yang dilakukan. Perubahan tersebut membutuhkan inovasi pada produk, proses, ataupun manajemen agar lebih ramah lingkungan. Inovasi yang mempertimbangkan aspek lingkungan dan bertujuan untuk mengurangi dampak negatif pada lingkungan disebut green innovation. Dari penelitian-penelitian yang membahas green innovation dapat diketahui bahwa kemampuan perusahaan untuk menyerap pengetahuan dari lingkungan eksternal, kemampuan berbagi pengetahuan, dan kapabilitas dinamis perusahaan merupakan faktor-faktor yang berpengaruh pada green innovation performance dengan cara yang berbeda. Faktor-faktor tersebut dinilai relevan untuk perusahaan manufaktur di Indonesia yang cenderung lambat dalam merespon isu-isu lingkungan. Penelitian ini menghasilkan model yang menggambarkan peran kapabilitas dinamis, kapabilitas berbagi pengetahuan, absorptive capacity, dan green manufacturing practices pada green innovation performance di perusahaan manufaktur. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sejenis sebelumnya pada penggambaran green dynamic capability menjadi tiga kapabilitas yang berbeda tapi saling terkait (sensing, seizing, dan reconfiguring capability). Selain itu, model penelitian juga menggambarkan green manufacturing practices sebagai salah satu variabel yang berpengaruh pada green innovation performance. Oleh karena itu, penelitian ini dinilai dapat memberikan penjelasan lebih lengkap dibandingkan dengan penelitian-penelitian di area green innovation sebelumnya, yaitu terutama penelitian yang mengkaji green innovation dari sudut pandang kapabilitas dinamis perusahaan. Penelitian ini dilakukan dalam 3 (tiga) tahap, yaitu (1) perancangan rencana penelitian; (2) pengembangan model dan pengujian model; dan (3) analisa, sintesa, serta penarikan kesimpulan penelitian. Strategi survei digunakan pada tahap pengujian model, sedangkan studi kasus pada tahap analisis. Survei dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh kapabilitas berbagi pengetahuan dan absorptive capacity, green dynamic capability, green manufactruing practices pada green innovation performance. Studi kasus dilakukan untuk menjelaskan bagaimana hubungan antar variabel dalam model tersebut terjadi di perusahaan. Penelitian ini menggunakan metode PLS-SEM untuk pengolahan data hasil survei. Model penelitian yang telah diuji secara kuantitatif menunjukkan bahwa green dynamic capability berpengaruh langsung pada green innovation performance. Ketiga kapabilitas yang menggambarkan green dynamic capability (sensing, seizing, dan reconfiguring capability) memperlihatkan keterkaitan secara sequence. Sensing capability berpengaruh positif pada seizing capability, dan seizing capability berpengaruh positif pada reconfiguring capability. Oleh karena itu, yang berpengaruh langsung pada green innovation performance adalah reconfiguring capability. Knowledge sharing capability berpengaruh pada absorptive capacity. Absorptive capacity tidak berpengaruh langsung pada green innovation performance tapi harus dimediasi oleh green dynamic capability atau green manufacturing practices. Green manufacturing practices berpengaruh positif dan langsung pada green innovation performance. Hasil pengujian model penelitian juga memperlihatkan bahwa model secara moderate mampu menjelaskan green innovation performance. Model penelitian yang telah diuji secara kuantitatif ini juga terkonfirmasi dan terjelaskan lebih lengkap dengan hasil studi kasus. Dengan demikian, variabel-variabel yang dibahas dalam model penelitian dinilai dapat menjelaskan green innovation performance. Secara praktis, penelitian ini juga memberikan manfaat bagi perusahaan-perusahaan manufaktur di Indonesia untuk menentukan tahapan dan aspek yang harus diperhatikan untuk membangun green innovation performance.