Isu-isu lingkungan seperti kelangkaan sumber daya alam, pemanasan global, polusi,
dan pengelolaan limbah telah menjadi perhatian dunia termasuk dunia industri.
Perusahaan-perusahaan manufaktur yang pada umumnya mengkonsumsi sumber
daya alam dalam jumlah banyak dituntut untuk dapat merespon isu-isu lingkungan
tersebut. Salah satu cara untuk merespon isu-isu tersebut adalah dengan
menerapkan green manufacturing. Untuk mengimplementasikan green
manufacturing, perusahaan perlu melakukan perubahan pada produk yang
dihasilkan dan proses yang dilakukan. Implementasi green juga membutuhkan
perubahan cara pandang dan komitmen semua bagian di perusahaan untuk
memperhatikan aspek lingkungan pada setiap kegiatan yang dilakukan. Perubahan
tersebut membutuhkan inovasi pada produk, proses, ataupun manajemen agar lebih
ramah lingkungan. Inovasi yang mempertimbangkan aspek lingkungan dan
bertujuan untuk mengurangi dampak negatif pada lingkungan disebut green
innovation.
Dari penelitian-penelitian yang membahas green innovation dapat diketahui bahwa
kemampuan perusahaan untuk menyerap pengetahuan dari lingkungan eksternal,
kemampuan berbagi pengetahuan, dan kapabilitas dinamis perusahaan merupakan
faktor-faktor yang berpengaruh pada green innovation performance dengan cara
yang berbeda. Faktor-faktor tersebut dinilai relevan untuk perusahaan manufaktur
di Indonesia yang cenderung lambat dalam merespon isu-isu lingkungan. Penelitian
ini menghasilkan model yang menggambarkan peran kapabilitas dinamis,
kapabilitas berbagi pengetahuan, absorptive capacity, dan green manufacturing
practices pada green innovation performance di perusahaan manufaktur. Penelitian
ini berbeda dengan penelitian sejenis sebelumnya pada penggambaran green
dynamic capability menjadi tiga kapabilitas yang berbeda tapi saling terkait
(sensing, seizing, dan reconfiguring capability). Selain itu, model penelitian juga
menggambarkan green manufacturing practices sebagai salah satu variabel yang
berpengaruh pada green innovation performance. Oleh karena itu, penelitian ini
dinilai dapat memberikan penjelasan lebih lengkap dibandingkan dengan
penelitian-penelitian di area green innovation sebelumnya, yaitu terutama
penelitian yang mengkaji green innovation dari sudut pandang kapabilitas dinamis
perusahaan.
Penelitian ini dilakukan dalam 3 (tiga) tahap, yaitu (1) perancangan rencana
penelitian; (2) pengembangan model dan pengujian model; dan (3) analisa, sintesa,
serta penarikan kesimpulan penelitian. Strategi survei digunakan pada tahap
pengujian model, sedangkan studi kasus pada tahap analisis. Survei dilakukan
untuk mengetahui bagaimana pengaruh kapabilitas berbagi pengetahuan dan
absorptive capacity, green dynamic capability, green manufactruing practices pada
green innovation performance. Studi kasus dilakukan untuk menjelaskan
bagaimana hubungan antar variabel dalam model tersebut terjadi di perusahaan.
Penelitian ini menggunakan metode PLS-SEM untuk pengolahan data hasil survei.
Model penelitian yang telah diuji secara kuantitatif menunjukkan bahwa green
dynamic capability berpengaruh langsung pada green innovation performance.
Ketiga kapabilitas yang menggambarkan green dynamic capability (sensing,
seizing, dan reconfiguring capability) memperlihatkan keterkaitan secara sequence.
Sensing capability berpengaruh positif pada seizing capability, dan seizing
capability berpengaruh positif pada reconfiguring capability. Oleh karena itu, yang
berpengaruh langsung pada green innovation performance adalah reconfiguring
capability. Knowledge sharing capability berpengaruh pada absorptive capacity.
Absorptive capacity tidak berpengaruh langsung pada green innovation
performance tapi harus dimediasi oleh green dynamic capability atau green
manufacturing practices. Green manufacturing practices berpengaruh positif dan
langsung pada green innovation performance. Hasil pengujian model penelitian
juga memperlihatkan bahwa model secara moderate mampu menjelaskan green
innovation performance. Model penelitian yang telah diuji secara kuantitatif ini
juga terkonfirmasi dan terjelaskan lebih lengkap dengan hasil studi kasus. Dengan
demikian, variabel-variabel yang dibahas dalam model penelitian dinilai dapat
menjelaskan green innovation performance. Secara praktis, penelitian ini juga
memberikan manfaat bagi perusahaan-perusahaan manufaktur di Indonesia untuk
menentukan tahapan dan aspek yang harus diperhatikan untuk membangun green
innovation performance.