digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Mesulam Esther
PUBLIC yana mulyana

Ibuprofen adalah salah satu obat antiinflamasi golongan OAINS (Obat Antiinflmasi Non steroid) yang dikenal memiliki efek samping utama terhadap saluran pencernaan atas yang dapat menyebabkan ulcer bahkan pendarahan jika diberikan melalui rute oral dan digunakan dalam jangka waktu lama.Efek samping tersebut terjadi sebagai akibat aksi ibuprofen yang menyebabkan penurunan produksi mukosa untuk melindungi Iambung terhadap asam Iambung.Salah satu strategi penekanan efek samping ini adalah dengan menghambat pelepasannya dari sediaan dalam Iambung dan usus halus. Pengembangan pelet ibuprofen yang disalut dengan salut ganda inulin-selak telah dilakukan sebelumnya dan terbukti dapat mencegah pelepasan ibuprofen di saluran cerna bagian atas dan terlepas pada bagian kolon setelah sistem salut mengalami penguraian oleh mikroba kolon. Sebagai konsekuensi profil pelepasan ini, formula yang dikembangkan dapat mengurangi terjadinya ulser pada Iambung dan usus. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan efek antiinflamasi pelet ibuprofen lepas di kolon pada model inflamasi perifer yang terjadi di sendi tikus. Pelet salut ibuprofen dibuat dengan metode seperti sebelumnya: dengan kombinasi dua sistem penyalut yang pelepasannya diatur oleh pH dan aktivitas mikroba. Inflamasi perifer pada sendi diinduksi dengan cara menyuntikan 0,02mL karagenan 1% di sekitar sendi kaki kanan setiap dua hari sekali sebanyak tujuh kali dengan menggunakan kloroform sebagai anestesi. Vji aktivitas sediaan dilakukan pada tikus betina galur Wistar dengan rute oral. Sediaan terdiri dari: suspensi ibuprofen, pelet tidak bersalut, dan pelet bersalut dengan dosis ibuprofen yang setara (dua kali 1,8mg ibuprofen setiap 200g berat badan tikus).Parameter yang diamati adalah persentase penurunan peradangan kaki dan penurunan jumlah leukosit. Peradangan kaki setiap hewan percobaan dihitung menggunakan data keliling kaki per hari pada tiap kelompok uji, menunjukan terjadi penurunan bertahap setiap hari pemberian semua jenis sediaan. Pada lima hari awal terjadi fluktuasi penurunan inflamasi di masing-masing kelompok hingga akhirnya kelompok uji pelet bersalut menunjukan aktivitas yang paling baik dibanding ketiga kelompok lainnya pada hari ke-6. Jumlah leukosit mengalami peningkatan setelah proses induksi inflamasi dan mengalami penurunan yang setara seperti penurunan peradangan yang dihitung berdasarkan data keliling kaki. Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa pada penurunan di hari ke-6 terjadi paling baik pada kelompok pelet bersalut. Dari hasil penelitian yang diperoleh pada model hewan yang berhasil dikembangkan, dapat disimpulkan bahwa pelet ibuprofen lepas di kolon memiliki aktivitas yang lebih baik sebagai penekan radang sendi dibanding pelet tak bersalut dan suspensi ibuprofen terutama teramati pada hari ke-6 dengan dosis dua kali 1,8mg ibuprofen setiap 200g berat badan tikus per hari, dengan interval pemberian, dan dengan durasi pengobatan yang telah terbukti tidak menyebabkan ulcer.