ABSTRAK Calvin Salimwijaya
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Salah satu sektor ekonomi kelautan yang memiliki potensi sumber daya terbesar di Indonesia
adalah akuakultur. Udang putih (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas
unggulan di sektor akuakultur dengan total nilai produksi mencapai lebih dari 42 ton/ha.
Namun, seiring dengan meningkatnya nilai produksi, terdapat beberapa permasalahan yang
muncul, seperti penurunan kualitas air dan infeksi penyakit yang dapat menyebabkan
kematian pada udang budidaya. Oleh karena itu, penerapan aplikasi sistem akuakultur
tertutup Recirculating Aquaculture System (RAS) menggunakan air dengan salinitas yang
berbeda dan suplementasi pakan sinbiotik dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan
peningkatan kualitas dan produktivitas budidaya udang putih. Penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk menentukan pengaruh dari suplementasi pakan sinbiotik yang terdiri dari
prebiotik Kappaphycus alvarezii, bakteri probiotik Halomonas alkaliphila, serta mikroalga
Spirulina sp. dengan menggunakan sistem akuakultur tertutup Recirculating Aquaculture
System (RAS) pada salinitas yang berbeda, (5, 20, dan 30 ppt) terhadap performa
pertumbuhan, kesintasan, dan profil histopatologi udang putih, baik sebelum maupun sesudah
dilakukan uji tantang dengan Vibrio parahaemolyticus. Penelitian dimulai dengan instalasi
dan pengondisian sistem RAS melalui penambahan bakteri nitrifikasi (BioPure®) pada
biofilter dari masing – masing sistem. Kemudian dilakukan suplementasi pakan sinbiotik
pada pakan komersil menggunakan probiotik H. alkaliphilla, prebiotik rumput laut merah
Kappaphycus alvarezii, dan mikroalga Spirulina sp. Selama proses budidaya, dilakukan
pengamatan kualitas air harian, penambahan mikroba pada biofilter masing – masing sistem
secara rutin, analisis parameter biologis, dan analisis profil histopatologi hepatopankreas L.
Vannamei setelah 74 hari periode kultivasi, baik sebelum dan setelah dilakukan uji tantang
dengan V. parahaemolyticus selama 24 jam. Parameter kualitas air selama periode budidaya
dijaga pada kisaran rentang toleransi udang putih pada seluruh perlakuan. Setelah 74 hari
periode kultur, faktor salinitas berpengaruh terhadap suplementasi pakan sinbiotik secara
signifikan (p<0,05), dimana rata – rata berat udang, pertumbuhan harian, dan total biomassa
pada perlakuan 20 ppt lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan 5 dan 30 ppt. Sementara
untuk parameter kesintasan, perlakuan 5 dan 30 ppt menghasilkan kesintasan yang lebih
tinggi (51% dan 56%) dibandingkan perlakuan 20 ppt (50%). Selain itu, tingkat kesintasan
udang dengan perlakuan 5 dan 30 ppt sinbiotik pasca uji tantang dengan V. parahaemolyticus
masih lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan 20 ppt. Kesintasan udang perlakuan 5 ppt
dengan pemberian pakan sinbiotik (55%) lebih tinggi dibandingkan perlakuan 30 ppt dan 20
ppt (52% dan 48%). Berdasarkan hasil analisis histopatologi setelah uji tantang dengan
infeksi V. parahaemolyticus, hepatopankreas udang pada perlakuan salinitas 5 dan 30 ppt
dengan pemberian pakan sinbiotik menunjukkan tingkat kerusakan sel epitel tubulus yang
lebih rendah dibandingkan perlakuan salinitas 20 ppt. Selain itu, pemberian pakan sinbiotik
pada udang perlakuan salinitas 5 dan 30 ppt, mampu meningkatkan stimulus respon imun
udang yang ditandai dengan sekresi hemosit yang berperan dalam sistem pertahanan selular
pada L. vannamei. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa salinitas berpengaruh
terhadap aplikasi sistem RAS dengan suplementasi pakan sinbiotik, dimana salinitas 5 dan 30
ppt dapat meningkatkan kesintasan dan melindungi hepatopankreas udang dari efek destruktif
infeksi V. parahaemolyticus; sementara salinitas 20 ppt dapat meningkatkan pertumbuhan
udang putih selama proses budidaya.