Problematika banjir rob telah menimbulkan berbagai macam kerugian mulai dari aspek kesehatan, lingkungan, kehidupan sosial ekonomi, dan infrastruktur. Secara umum kondisi banjir telah memberikan dampak pada infrastruktur transportasi baik dampak langsung berupa kerusakan fisik maupun dampak tidak langsung berupa kemacetan, gangguan aktivitas bisnis, dan peningkatan emisi. Dampak langsung banjir terhadap infrastruktur jalan berupa kerusakan fisik meliputi biaya rekonstruksi jalan yang rusak, sedangkan dampak tidak langsung meliputi biaya akibat kemacetan dan terhambatnya pengiriman logistik. Gangguan lalu lintas akibat banjir rob di pesisir utara Semarang menimbulkan kemacetan panjang khususnya pada ruas jalan Semarang-Demak yang merupakan bagian dari lintas Pantura. Selain itu, gangguan banjir rob berdampak pada kegiatan ekonomi sebagai imbas dari terganggunya lalu lintas yang mengakomodasi pergerakan logistik nasional. Sebagai bentuk strategi adaptasi fisik terhadap kondisi banjir rob di Semarang Utara, penyelenggara jalan saat ini tengah melakukan pembangunan jalan Tol Semarang-Demak. Hal ini bertujuan untuk melengkapi konektivitas jaringan jalan dan mempertahankan kemampuan layan berupa arus lalu lintas pada jaringan. Jalan tol ini diharapkan mampu serta mengurai kemacetan di wilayah utara Jawa Tengah dan mengurangi tundaan ketika terjadi genangan banjir rob. Penelitian ini berfokus pada analisi shifting lalu lintas serta estimasi manfaat dari beroperasi tol Semarang-Demak. Lalu lintas akan dimodelkan secara makroskopik di level jaringan jalan Semarang Utara. Pembebanan pada jaringan jalan menggunakan algoritma user equilibrium. Selanjutnya, nilai manfaat dari sisi mobilitas akan dianalisis berdasarkan kinerja lalu lintas berupa kecepatan tempuh rata-rata dan penghematan waktu tempuh. Manfaat ekonomi yang dihitung berupa BKBOK saat kondisi normal dan penghematan nilai waktu saat kondisi lalu lintas terganggu genangan akibat banjir rob. Penelitian ini secara spesifik mengeksplorasi penurunan kecepatan akibat genangan pada level kendaraan berdasarkan studi sebelumnya (i.e., Pregnolato dkk, 2017) untuk dapat dimodelkan dalam kerangka jaringan jalan. Model jaringan didasarkan pada pendekatan pemodelan 4 tahap, dengan kapasitas ruas jalan nasional Semarang-Demak didasarkan kepada model dasar kecepatan-kerapatan yang diturunkan dari data lapangan. Variasi ketinggian genangan rob yang dimodelkan adalah genangan dengan tinggi 100, 125, 150, 175, 200, 225, dan 250mm. Pada ketinggian genangan rob setinggi 300mm, diasumsikan tidak ada kendaraan yang melintas di jalan nasional dengan pertimbangan ambang batas keselamatan dan stabilitas kendaraan penumpang saat terjadi banjir. Berdasarkan hasil analisis data lapangan, jalan nasional Semarang-Demak merupakan ruas jalan dengan karakteristik volume lalu lintas tinggi dan kecepatan tempuh rata-rata yang relatif rendah. Adanya peningkatan kecepatan karena adanya infrastruktur baru secara natural dapat menyebabkan adanya perpindahan pergerakan dari jalan nasional menuju ke jalan tol. Berdasarkan hasil dari pemodelan pada kondisi lalu lintas normal, beroperasinya tol Semarang-Demak seksi 2 menghasilkan shifting pergerakan sebesar 13%. Hal ini secara umum disebabkan oleh adanya penghematan waktu tempuh hingga 40% untuk perjalanan dari Semarang-Demak ataupun sebaliknya dengan melewati tol Semarang-Demak. Penambahan jaringan jalan tol seksi 1 pada skenario tol Semarang- Demak seksi 1&2 beroperasi (demand tetap), menghasilkan peningkatan shifting sebesar 9% menjadi 22%. Hal ini dikarenakan terjadi peningkatan waktu tempuh menjadi 64%. Selain itu, penambahan demand lalu lintas dari tahun 2023 ke 2025 pada skenario tol Semarang-Demak seksi 1&2 beroperasi di lalu lintas normal menghasilkan peningkatan shifting sebesar 4% dari semula 22% menjadi 26%. Adanya genangan rob yang secara signifikan dapat menurunkan kecepatan diestimasi memberikan memberikan dorongan lebih lanjut untuk proses shifting menuju jalan tol. Secara umum adanya genangan dengan tinggi kurang dari 125mm tidak memberikan dampak signifikan kepada penurunan kecepatan. Ketika genangan melewati 150mm terjadi penurunan kecepatan yang signifikan bagi kendaraan yang menggunakan jalan nasional Semarang-Demak. Pada kondisi genangan 200mm, penurunan kecepatan tempuh di jalan nasional Semarang-Demak mencapai 50% dan kenaikan waktu tempuh mencapai 200%. Bahkan pada tinggi genangan 250 mm penurunan kecepatan menyentuh angka 80% dibandingkan kondisi tanpa genangan. Pada sisi lain, kecepatan via tol cenderung dapat dipertahankan ketika tol Semarang-Demak seksi 1&2 beroperasi, dimana saat genangan mencapai 250mm dengan penurunan kecepatan diestimasi hanya mencapai 28%. Hal ini menggambarkan bahwa beroperasinya tol Semarang-Demak dapat dipandang sebagai salah satu bentuk resiliensi infrastruktur jalan terhadap bencana banjir rob yang menggenangi jalan nasional Semarang-Demak. Ditinjau dari sisi manfaat bagi pengguna jalan (consumer surplus), penambahan jaringan jalan jalan tol Semarang-Demak (i.e.,tol seksi 1) menghasilkan kenaikan BKBOK sebesar 133% pada kondisi lalu lintas normal. Di sisi lain, penambahan demand lalu lintas (2023- 2025) menghasilkan kenaikan BKBOK sebesar 51%. Secara keseluruhan, kondisi banjir rob yang menggenangi jalan nasional Semarang-Demak telah menyebabkan penurunan kecepatan kendaraan dan menimbulkan kerugian bagi pengguna jalan karena terjadinya tundaan dan peningkatan BOK. Namun, dampak dari kerugian ini dapat diminimalisir dengan beroperasinya tol Semarang-Demak meskipun penggunaannya terbatas untuk kendaraan roda 4 atau lebih.