digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Jonathan Dwiputra Christian
PUBLIC Resti Andriani

BAB 1 Jonathan Dwiputra Christian
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Jonathan Dwiputra Christian
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Jonathan Dwiputra Christian
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Jonathan Dwiputra Christian
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Jonathan Dwiputra Christian
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Jonathan Dwiputra Christian
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya, begitu pula untuk sumber bijih nikel laterit dan kelapa sawit. Larangan ekspor bahan mentah dan transisi energi bersih mendorong tumbuhnya industri pengolahan dan pemurnian bijih nikel di Indonesia. Akan tetapi, pengolahan bijih nikel laterit berkadar rendah dapat menghasilkan residu dalam jumlah yang besar dengan karakteristik yang berbahaya dan tidak ramah lingkungan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mempelajari rute proses pemanfaatan residu natrojarosit dari sisa hasil pengolahan bijih nikel laterit dengan teknologi STAL agar dapat digunakan sebagai bahan baku industri besi baja. Percobaan dilakukan untuk mempelajari pengaruh variasi suhu pemanggangan terhadap kadar besi dan sulfur, serta pengaruh variasi suhu reduksi dan proporsi bioreduktor cangkang kelapa sawit terhadap komposisi kimia dan fasa yang terbentuk. Percobaan dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pemanggangan pada suhu 1000- 1200 °C selama 4 jam menggunakan muffle furnace dan tahap reduksi pada suhu 1000-1400 °C selama 2 jam menggunakan horizontal tube furnace. Pengaruh variasi suhu pemanggangan terhadap kandungan besi dan sulfur dipelajari dari hasil analisis XRD dan XRF. Selanjutnya, proses reduksi dilakukan pada sampel tanpa pemanggangan dan sampel setelah pemanggangan pada suhu 1100 °C dengan variasi penambahan bioreduktor cangkang kelapa sawit sebanyak 25% dan 50%. Sampel hasil reduksi kemudian dianalisis menggunakan SEM-EDS untuk mengetahui komposisi kimia dan fasa yang terbentuk. Proses pemanggangan dapat menurunkan kadar sulfur dari 4,74% menjadi 1,4% pada suhu 1200 °C serta meningkatkan kadar besi dari 16,67% menjadi 21,26% pada suhu 1100 °C. Peningkatan suhu reduksi, secara umum, menurunkan kadar besi di terak dan kadar sulfur di logam serta meningkatkan kadar besi di logam. Proporsi bioreduktor cangkang kelapa sawit 50% dapat meningkatkan kadar besi di logam meskipun penurunan sulfur di logam tidak signifikan. Suhu reduksi sampel natrojarosit tanpa pemanggangan yang optimal adalah 1200 °C dengan 50% bioreduktor yang dapat menghasilkan logam dengan kadar besi, sulfur, nikel secara berurut 77,9%, 0,03%, dan 8,16%. Pada sampel natrojarosit setelah pemanggangan pada suhu 1100 °C, proses reduksi secara optimal dapat diperolah mulai dari suhu 1000 °C dengan 50% bioreduktor yang menghasilkan logam dengan kadar besi, sulfur, nikel secara berurut 85,98%, 0%, dan 10,46%. Oleh karena itu, proses pemanfaatan residu natrojarosit dapat dilakukan dalam satu tahap reduksi tanpa pemanggangan dengan penambahan 50% bioreduktor cangkang kelapa sawit.