Sindrom metabolik merupakan salah satu masalah kesehatan yang menantang secara global.
Sindrom metabolik akan meningkatkan risiko diabetes melitus tipe 2 dan kardiovaskular. Belum ada
obat tunggal khusus untuk menangani sindrom metabolik secara menyeluruh. Sindrom metabolik
menjadi ancaman kesehatan sehingga dibutuhkan terapi komplementer dalam menangani
berbagai disfungsi akibat sifatnya yang degeneratif. Bioflavonoid daun singkong (Manihot esculenta
Crantz) atau yang bisa disebut dengan CBDs (Cassava bioflavonoids rutin 82% dan nikotiflorin 17%)
diketahui memiliki aktivitas antidiabetes, antioksidan, antiinflamasi, dan sebagainya. Untuk
mengetahui efek bioflavonoid dalam mengatasi sindrom metabolik, maka dilakukan rancangan
penelitian dengan sampel penelitian dibagi dalam 5 kelompok perlakuan. Analisis data dilakukan
dengan uji One-Way ANOVA aras kepercayaan 0,1 (90%). Tahapan pelaksanaannya yaitu mencit
jantan galur Swiss Webster diinduksi dengan diet tinggi lemak dan streptozotosin kemudian
diberikan terapi. Hasil penelitian setelah diberikannya terapi adalah fraksi bioflavonoid daun
singkong CBDs 400 mg/kgBB dapat menurunkan kadar gula darah puasa; total kolesterol; LDL;
trigliderida dan asam urat secara signifikan berturut-turut sebesar 21,46%; 0,62%; 15,07%; 33,06%;
dan 57,07%. Fraksi bioflavonoid daun singkong CBDs 400 mg/kgBB juga dapat menaikkan kadar HDL
secara signifikan sebesar 54,76%. Dari hasil penelitian, CBDs 400 mg/kgBB merupakan bahan uji
paling optimum dibandingkan CBDs 200 mg/kgBB dalam memperbaiki beberapa profil parameter
untuk mengatasi sindrom metabolik pada model hewan yang diinduksi diet tinggi lemak dan
streptozotosin.