digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Sindrom metabolik merupakan salah satu masalah kesehatan yang menantang secara global. Sindrom metabolik akan meningkatkan risiko diabetes melitus tipe 2 dan kardiovaskular. Belum ada obat tunggal khusus untuk menangani sindrom metabolik secara menyeluruh. Sindrom metabolik menjadi ancaman kesehatan sehingga dibutuhkan terapi komplementer dalam menangani berbagai disfungsi akibat sifatnya yang degeneratif. Bioflavonoid daun singkong (Manihot esculenta Crantz) atau yang bisa disebut dengan CBDs (Cassava bioflavonoids rutin 82% dan nikotiflorin 17%) diketahui memiliki aktivitas antidiabetes, antioksidan, antiinflamasi, dan sebagainya. Untuk mengetahui efek bioflavonoid dalam mengatasi sindrom metabolik, maka dilakukan rancangan penelitian dengan sampel penelitian dibagi dalam 5 kelompok perlakuan. Analisis data dilakukan dengan uji One-Way ANOVA aras kepercayaan 0,1 (90%). Tahapan pelaksanaannya yaitu mencit jantan galur Swiss Webster diinduksi dengan diet tinggi lemak dan streptozotosin kemudian diberikan terapi. Hasil penelitian setelah diberikannya terapi adalah fraksi bioflavonoid daun singkong CBDs 400 mg/kgBB dapat menurunkan kadar gula darah puasa; total kolesterol; LDL; trigliderida dan asam urat secara signifikan berturut-turut sebesar 21,46%; 0,62%; 15,07%; 33,06%; dan 57,07%. Fraksi bioflavonoid daun singkong CBDs 400 mg/kgBB juga dapat menaikkan kadar HDL secara signifikan sebesar 54,76%. Dari hasil penelitian, CBDs 400 mg/kgBB merupakan bahan uji paling optimum dibandingkan CBDs 200 mg/kgBB dalam memperbaiki beberapa profil parameter untuk mengatasi sindrom metabolik pada model hewan yang diinduksi diet tinggi lemak dan streptozotosin.