digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Annisa Mustika Pertiwi
PUBLIC Latifa Noor

PUSTAKA Annisa Mustika Pertiwi
PUBLIC Latifa Noor

COVER Annisa Mustika Pertiwi
EMBARGO  2026-08-25 

BAB1 Annisa Mustika Pertiwi
EMBARGO  2026-08-25 

BAB2 Annisa Mustika Pertiwi
EMBARGO  2026-08-25 

BAB3 Annisa Mustika Pertiwi
EMBARGO  2026-08-25 

BAB4 Annisa Mustika Pertiwi
EMBARGO  2026-08-25 

BAB5 Annisa Mustika Pertiwi
EMBARGO  2026-08-25 

Dehidrozingeron (DHZ), 4-(4-hidroksi-3-metoksifenil)-3-buten-2-on, merupakan senyawa alami yang dapat diisolasi dari rimpang jahe (Zingiber officinale) dan telah menarik perhatian banyak peneliti khususnya di bidang kimia medisinal. DHZ dan turunannya memiliki bioaktivitas yang luas antara lain antioksidan, antikanker, antimalaria, antidepresan, antijamur, dan masih banyak lagi. DHZ dapat disintesis dari vanilin dan aseton dengan reaksi kondensasi aldol silang (Claisen-Schmidt), tetapi metode sintesis konvensionalnya memerlukan waktu 24-48 jam, menghasilkan persentase rendemen yang rendah, serta memerlukan pelarut organik dalam proses pemurniannya. Aspek kimia hijau seperti atom ekonomi, faktor energi rendah serta proses sintesis yang mengedepankan keamanan bagi kesehatan manusia dan lingkungan merupakan aspek penting yang harus dipertimbangkan dalam proses sintesis senyawa organik. Pada penelitian ini, sintesis DHZ dari vanilin dan aseton dalam media cairan ion 1-desil-3-metillimidazolium bromida ([DMIM]Br) dilakukan dengan menggunakan metode Microwave Assisted Organic Synthesis (MAOS) sebagai salah satu metode sintesis yang memenuhi aspek kimia hijau. Konsentrasi cairan ion [DMIM]Br yang digunakan divariasikan untuk mengetahui konsentrasi cairan ion [DMIM]Br yang optimum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan cairan ion [DMIM]Br pada proses sintesis DHZ berpengaruh pada kemurnian produk DHZ yang diperoleh. Produk DHZ dengan persentase rendemen terbaik disintesis dari vanilin dan aseton (1:10, mol/mol) dalam NaOH 2,5 M dan DMIMBr 5% dari total mol reaktan menggunakan MAOS selama 120 menit (50oC, 300 W) untuk menghasilkan produk berupa padatan berwarna kuning terang sebesar 62,96% dengan kisaran titik leleh 129-130oC. Karakterisasi produk dilakukan dengan uji titik leleh, KLT, FTIR, dan instrumentasi NMR 500 MHz (1H) dan 125 MHz (13C). Hasil penelitian ini kemudian dijadikan bahan untuk pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis inkuiri pada materi Kimia Hijau untuk siswa SMA/sederajat. Uji coba pembelajaran ini dilakukan pada 31 responden siswa kelas X SMA Al- Ma’soem Bandung. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa LKPD yang dikembangkan memperoleh respon penilaian peserta didik sebesar 78,29% yang dikategorikan baik.