digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Studi palinofasies secara umum merupakan studi yang menyangkut semua aspek material organik/palinologi dalam sedimen yang tahan terhadap proses preparasi standar palinologi (Batten and Stead, 2005). Hasil dari analisis palinofasies dapat digunakan dalam merekontruksi iklim dan lingkungan pengendapan pada beberapa lokasi di Pulau Jawa pada umur Pliosen Akhir-Plistosen. Lokasi 1 lintasan Sungai Cibanyawak, Sumedang, Jawa Barat, lokasi 2 lintasan Sungai Cisaat, Bumiayu, Jawa Tengah dan lokasi 3 lintasan Perning-Lakardowo, Mojokerto, Jawa Timur. Kandungan palinofasies/material palinologi yang didapatkan dalam sedimen dapat dikelompokkan menjadi beberapa parameter seperti; persentase Amorphous Organic Matters (AOM), persentase Phytoclasts, persentase Palynomorphs, perbandingan Opaque : Translucents Phytoclast (O:TR), perbandingan Opaque equidimentional : Opaque lath Phytoclast (O-Eq:O-La)dan Palynological Marine Index (PMI). Pada lokasi 1 didapatkan Formasi Kaliwangu (sedimen laut) yang berumur Pliosen Akhir ditandai dengan masih dengan kemunculan bersama dari Stenochlaenidites papuanus dan Dacrycarpidites australiensis dan Formasi Citalang yang berumur Pleistosen yang mempunyai lingkungan pengendapan transisi kearah darat berupa mangrove dan backmangrove, penampang lokasi ini mengalami 4 kali perubahan iklim yang terjadi dari tua ke muda yaitu; Dinginlembab Panas-lembab, Dingin-lembab dan Panas lembab. Lokasi 2 didapatkan Formasi Kalibiuk (sedimen marin) yang berumur Pliosen Akhir dan Formasi Kaliglagah (sedimen transisi/darat) berupa mangrove dan backmangrove pada bagian tengah dan freshwater swamp pada bagian atas penampang yang berumur Plistosen, batas umur tersebut ditentukan oleh kemunculan akhir dari Stenochlaenidites papuanus, penampang lokasi ini mengalami 5 kali perubahan iklim yang terjadi dari tua ke muda; Dingin–lembab, Panas-lembab, Dingin-kering, Panas-lembab dan Dingin-lembab. Lokasi 3 didapatkan Formasi Pucangan yang bagian bawah yang berupa sedimen marin (Inner Neritic) berumur Pliosen Akhir dan bagian atas berupa sedimen transisi (rawa pantai-transisi) dan Formasi Kabuh berupa sedimen daratan (fluvial) berumur Plistosen dengan 6 kali perubahan iklim yaitu: Panas-lembab, Dinginlembab, Panas-kering, Dingin-kering, Panas-lembab dan Dingin-kering. Palinofasies lingkungan pengendapan daerah penelitian menurut Tyson (1995) yaitu: Lokasi 1: marginal dysosic-anoxic basin. Lokasi 2: highly proximal basin dan marginal dysosic-anoxic basin. Lokasi 3: highly proximal basin dan marginal dysosic-anoxic basin. Penyebab perbedaan karakter lingkungan pengendapan berdasarkan palinofasiesnya terjadi karena adanya perbedaan energi pengendapan, tingkat degradasi material organik dan jarak transportasi dari material organik. Korelasi ketiga lokasi didasarkan atas datum Pliosen-Pleistosen yang dicirikan kemunculan akhir dari Stenochlaenidites papuanus, bagian bawah penampang yang berumur Pliosen Akhir didapatkan iklim yang sama yaitu relatif panas dan lembab sedangkan bagian atas penampang ketiga lokasi yang berumur Pleistosen Awal terjadi fluktuasi iklim yang berubah-ubah.