digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Sektor manufaktur adalah salah satu sektor penting di dunia karena dapat menghasilkan produk dalam jumlah yang banyak dengan proses efisien untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam situasi apapun. Performa sektor manufaktur sebagai sektor penting mengalami penurunan karena pandemi COVID-19. Namun, berdasarkan data historis, sektor manufaktur dapat mempertahankan bisnisnya dalam lingkungan yang merugikan sekalipun seperti pandemi COVID-19 ini. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah cara kerja baru mengambil peran dalam kelincahan pekerja manufaktur untuk beradaptasi dalam situasi semacam itu. Kalaupun demikian, cara kerja baru yang seperti apa yang bisa diterapkan di sektor manufaktur karena sektor ini memiliki waktu proses yang pasti dari proses masukan hingga keluarannya? Studi ini bertujuan untuk mencari hubungan antara cara kerja baru dan kelincahan pekerja serta memberikan petunjuk kepada para praktisi di sektor manufaktur mengenai bagaimana untuk tetap bisa menangani para pekerja meskipun dalam lingkungan yang destruktif. Penerapan praktik cara kerja baru di manufaktur beragam karena manufaktur memiliki aktivitas utama dan pendukung. Pertama-tama, studi ini menjelaskan definisi dari konsep cara kerja baru dan praktik yang memungkinkan diimplementasi di manufaktur. Praktik tersebut adalah informasi-komunikasi- teknologi, otonomi profesi, waktu kerja fleksibel, tempat kerja fisik, dan tempat kerja fleksibel. Studi ini menggunakan variabel proaktif, adaptif, dan ketahanan sebagai dimensi pembangun kelincahan pekerja. Dan untuk pemberdayaan psikologis variabel pembangunnya adalah makna, kompetensi, determinasi diri, dan dampak. Kedua, untuk membentuk model konseptual, studi ini menggunakan hubungan timbal balik antara tiga faktor yang mempengaruhi perilaku: teori Social Cognitive, untuk menemukan relevansi konseptual dari cara kerja baru dan kelincahan pekerja. Selanjutnya, berdasarkan hasil studi yang pernah dilakukan sebelumnya, pemberdayaan psikologis memiliki peran penting dalam implementasi cara kerja baru terkait keberlangsungan pekerja sebagai manusia yang membutuhkan motivasi intrinsik. Setelah model konseptual dibangun berdasarkan literatur, studi ini melakukan survei terhadap 355 pekerja manufaktur di Indonesia. Dalam analisa datanya, studi ini menggunakan metode SEM-PLS untuk menentukan adanya hubungan antara cara kerja baru dan kelincahan pekerja. Kriteria penting dari responden yang dibutuhkan adalah mereka harus bekerja di sektor manufaktur dan sudah menerapkan cara kerja baru setidaknya selama dua tahun. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa cara kerja baru memiliki efek positif terhadap kelincahan pekerja. Selain itu, pemberdayaan psikologis juga memiliki peran dalam memediasi hubungan antara cara kerja baru dan kelincahan pekerja. Meski demikian, proses inti dari industri manufaktur adalah aktivitas yang utama. Sehingga, sebagai pembanding, studi ini juga melakukan analisa hipotesis terhadap responden yang merupakan pekerja di aktivitas utama saja. Namun, hasilnya menunjukkan bahwa waktu kerja fleksibel menjadi perhatian bagi industri manufaktur dalam penerapan cara kerja baru. Studi ini berkontribusi secara teori kepada industri manufaktur terkait cara kerja baru dan kelincahan pekerja. Bagi praktisi, studi ini berkontribusi tentang bagaimana pentingnya penerapan praktik cara kerja baru bagi manufaktur untuk bisa mencapai kelincahan, terutama kelincahan pekerjanya. Sehingga, manufaktur dapat mengetahui bahwa penerapan cara kerja baru tidak hanya untuk mengatasi berbagai regulasi saat pandemi COVID-19, namun juga menjadikan pandemi COVID-19 ini sebagai pembelajaran bagi industri manufaktur untuk menyiapkan para pekerjanya dalam situasi destruktif apapun.