Banjir dan angkutan sedimen adalah faktor yang mengubah morfologi sungai pada bentuk penampang aliran. Lokasi pertemuan Sungai Citarum dan Sungai Cibeet merupakan daerah langganan banjir. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kapasitas alur dan angkutan sedimen Sungai Citarum dan Sungai Cibeet pada lokasi pertemuan kedua sungai tersebut pada kondisi banjir. Pemodelan numerik 1D menggunakan MIKE 11 untuk menganalisis hidrodinamik dan angkutan sedimen. Metode angkutan sedimen terpilih yaitu Engleund – Hansen.
Analisis ini menggunakan data topografi, data debit, data laju angkutan sedimen hasil pengukuran di lapangan. Berdasarkan hasil pemodelan, Sungai Citarum dan Sungai Cibeet tidak mampu mengalirkan debit banjir Q2 tahunan. Kapasitas Sungai Citarum sebelum pertemuan sebesar 485 m3/s sedangkan debit banjir Q2 sebesar 498 m3/s. terjadi limpasan sebesar 2,65%. Kapasitas Sungai Cibeet sebesar 579 m3/s dimana debit banjir Q2 sebesar 666,20 m3/s maka terjadi limpasan sebesar 13,09%. Sedangkan kapasitas Sungai Citarum setelah pertemuan sebesar 935 m3/s, sementara debit banjir Q2 sebesar 1004 m3/s maka limpasan yang terjadi sebesar 6,92%. Pemodelan angkutan sedimen dengan input debit banjir berbagai periode ulang menunjukkan tidak ada perubahan signifikan elevasi dasar saluran ruas Sungai Citarum sebelum pertemuan untuk setiap debit banjir periode ulang, akan tetapi untuk penampang Sungai Citarum setelah pertemuan yaiutu STA. 5900 terjadi degradasi dasar sungai dengan perubahan elevasi 0,38 m – 0, 46 m untuk debit banjir periode ulang Q2 – Q25 tahun. Hal disebabkan oleh penurunan muka air yang cukup curam antara Sungai Citarum sebelum dan sesudah pertemuan. Sehingga terjadi degradasi, serta ketidakstabilan tebing.