digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Fitrotun Nazilah
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan


BAB 1 - FITROTUN NAZILAH
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 - FITROTUN NAZILAH
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 - FITROTUN NAZILAH
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 - FITROTUN NAZILAH
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 - FITROTUN NAZILAH
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan


Indonesia sedang berupaya untuk untuk meningkatkan pemanfaatan sumber energi terbarukan untuk mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM). Saat ini Indonesia belum dapat mewujudkan bioetanol 5% (E5) pada BBM, sebab pada 2022 total produksi bioetanol fuel grade baru mencapai 40.000 kL per tahun, atau jauh dibawah kebutuhan 696.000 kL per tahun untuk dapat diimplementasikan untuk tahap awal di daerah Jawa Timur dan Jakarta. Saat ini molase dari pabrik gula tebu menjadi bahan baku utama industri bioetanol. Indonesia, sebagai negara dengan sumber daya alam yang melimpah. Namun, ada satu bahan baku yang yang belum banyak dieksplorasi, yaitu sorgum. Sorgum dinilai sebagai bahan baku bioetanol untuk substitusi BBM. Pada penelitian ini, produksi bioetanol dengan fermentasi gula sorgum menggunakan Saccharomyces cerevisiae. Dalam proses fermentasi digunakan metode High Cell Density Cultivation (HCDC), yang merupakan sebuah teknik untuk dapat menghasilkan sel mikroba pada konsentrasi tinggi sehingga dapat menghasilkan konsentrasi produk yang tinggi. Amonium nitrat juga di tambahan sebagai tambahan nitrogen yang merupakan nutrisi yang penting dalam fermentasi untuk pertumbuhan S. cerevisiae dan produksi bioetanol. Terdapat tiga faktor yang divariasikan dalam penelitian ini, yang pertama yaitu ditinjau dari °Brix gula sorgum sebesar 15 °Brix, 20 °Brix dan 25 °Brix. Variasi yang kedua ditinjau yaitu konsentrasi awal sel dalam sel/mL sebesar 1x10?, 1x108 dan 1x109. Variasi terakhir ditinjau dari jumlah amonium nitrat yaitu sebesar 1%, 2% dan 3%. Dari ke-tiga faktor tersebut, yield etanol optimum diperoleh pada kadar 25°brix dengan kadar mencapai 44.408 g/L, sedangkan yield etanol tertinggi juga di peroleh dengan semakin besarnya konsentrasi awal sel.