Transformator merupakan peralatan utama pada jaringan ketenagalistrikan yang
memegang peranan penting karena kegagalan transformator dapat menyebabkan
kelangsungan penyaluran listrik terganggu. Salah satu kegagalan transformator
adalah tembus insulasi pada belitan yang dipicu oleh tegangan lebih. Survei yang
dilakukan Cigre melaporkan kegagalan akibat tembus insulasi mencapai 37% dari
total kegagalan transformator sedangkan berdasarkan lokasi kerusakan didominasi
oleh kerusakan pada belitan sebesar 43%. Survei tersebut mengkonfirmasi data
kerusakan transformator distribusi yang terjadi di PLN UID Jawa Timur dimana
kerusakan akibat tembus pada insulasi belitan mendominasi sekitar 54%.
Kegagalan transformator akibat tegangan lebih bahkan masih terjadi pada
transformator yang sudah dilindungi oleh arrester. Pada kondisi tersebut, salah satu
faktor yang dicurigai sebagai penyebab kegagalan adalah fenomena tegangan lebih
resonansi. Berdasarkan studi literatur dari penelitian yang pernah dilakukan,
kerusakan berulang pada transformator disebabkan oleh tegangan lebih akibat
resonansi yang terjadi ketika frekuensi gelombang datang sama dengan frekuensi
natural dari transformator.
Untuk mengetahui potensi terjadinya resonansi pada transformator perlu dilakukan
pemetaan terhadap karakteristik frekuensi natural dari transformator dan spektrum
frekuensi dari gelombang datang pada terminal transformator. Pengukuran
karakteristik frekuensi natural dilakukan pada empat jenis belitan yang umum
digunakan pada transformator tenaga, yaitu layer, partially interleaved disc,
closing disc dan intershield disc, dengan tambahan sepuluh lokasi sadapan untuk
menganalisis pergeseran frekuensi natural di dalam belitan. Untuk mengetahui
spektrum frekuensi gelombang datang pada terminal transformator, dilakukan
simulasi menggunakan perangkat lunak ATP untuk menganalisis pengaruh
kecuraman petir, lokasi sambaran dan jaringan sistem tenaga listrik terhadap
frekuensi spektrum.
Berdasarkan evaluasi spektrum frekuensi gelombang datang yang dilakukan,
interval frekuensi yang menjadi perhatian berada pada kisaran hingga 150 kHz.
Berdasarkan evaluasi karakteristik frekuensi di dalam belitan, terjadi pergeseran
frekuensi natural di dalam belitan transformator yang memicu terjadinya fenomena
inter-resonansi. Inter-resonansi adalah interaksi beberapa titik resonansi yang
menghasilkan karakteristik nonlinier dari distribusi tegangan di dalam belitan.
Inter-resonansi ini sangat berdampak pada ketidaklinieran distribusi tegangan di
dalam belitan. Berdasarkan hasil evaluasi karakteristik frekuensi dari
transformator, frekuensi hingga 8,5 kHz lebih banyak dipengaruhi oleh inti dan
lebih sedikit dipengaruhi oleh belitan. Sedangkan rentang frekuensi di atas 20 kHz
dipengaruhi oleh jenis belitan. Belitan tipe closing disc lebih berisiko dibandingkan
jenis belitan lainnya yang ditunjukkan dengan terjadinya inter-resonansi di bawah
150 kHz dan kemiringan kurva frekuensi resonansi kedua terhadap jumlah disc
bernilai negatif.