Pemprov DKI Jakarta dalam visi-misinya hendak mewujudkan sistem transportasi berkelanjutan di Jakarta. Hal tersebut sudah dibuktikan dengan diterimanya penghargaan Sustainable Transportation Award 2021 oleh ITDP. Namun, seiring berjalannya waktu, Jakarta harus meningkatkan layanan transportasinya, khususnya di Jakarta Barat, yang mana menjadi gerbang masuk internasional karena terkoneksi langsung dengan Bandara Internasional Soekarno-Hatta, serta jaringan tol dan jalan strategis antara provinsi, serta fasilitas transportasi dalam kota seperti: BRT (TransJakarta), KRL dan MRT.
Bagi Jakarta, peningkatan layanan transportasi sangat urgen karena bila tidak terencana secara baik, hal tersebut dapat menimbulkan masalah-masalah baru pada sistem kota, seperti; kemacetan, polusi udara, kriminalitas, dan lain sebagainya. sehingga desain berwujud transit hub (TH) yang terintegrasi dengan transportasi publik dan public spaces (PS) dapat mendukung SDG tujuan 11 serta visi-misi pemerintah. Dalam tesis ini, penulis akan menggali isu, metode, dan solusi, guna mengetahui: isu krusial yang ada, serta berdampak terhadap kawasan dan tapak.
Metode dynamic multilayer (DML) digunakan untuk menyelesaikan permasalahan kompleks yang terjadi pada studi kasus dengan fokus pada isu pergerakan manusia. Tiap layer menggunakan metode berbeda, di antaranya: (1) distilasi dan sub-set data guna menyaring data kepadatan lalu lintas untuk abstraksi model; (2) agent-based modeling (ABM) guna pemodelan dinamis pergerakan manusia; (3) Laplacian smoothing guna penyederhanaan pola-pola pergerakan hasil dari simulasi ABM; (4) pencarian rute terpendek dengan algoritma A-star (SPA+A*) yang menghasilkan nilai pada rute dengan cost individual serta cepat pada simulasi pada layer 5; (5) multi-objective optimization (MOO) dengan objektif, antara lain: (a) meminimalkan jarak rata-rata antara titik koordinat public spaces terhadap tiap titik ramai primer (T1); (b) meminimalkan jarak rata-rata antara titik koordinat PS terhadap tiap titik ramai sekunder (T2); (c) meminimalkan jarak rata-rata antara titik koordinat PS terhadap titik koordinat PS lainnya; (d) meminimalkan total luas gabungan radius Voronoi per 500m dari tiap titik koordinat PS; dan (e) meminimalkan total jumlah PS; serta (6) clustering data guna pengambilan keputusan dalam memilih alternatif solusi yang paling tepat. Kemudian, solusi terbaik digunakan sebagai panduan pada desain TH dan PS, di antaranya sirkulasi pada desain berdasarkan aksis yang tercipta dari tren rute SPA+A* dan karakter agent pada simulasi ABM, serta peletakan PS berdasarkan hasil clustering solusi dari simulasi MOO.
Didasari oleh panduan terpilih, maka proses desain arsitektur dapat dilakukan guna mengakomodasi desain, misalnya: perpindahan moda, sirkulasi pejalan kaki, integrasi platform dengan PS serta fungsi penunjangnya. Konsep utama desain adalah pergerakan manusia, konektivitas, dan ruang hijau. Desain diharapkan dapat menjadi solusi pada kasus dengan kompleksitas isu sebagaimana dijelaskan di atas dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat.