13218040_Raka Noorsyach Achva.pdf
Terbatas  Dessy Rondang Monaomi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dessy Rondang Monaomi
» Gedung UPT Perpustakaan
Sistem inspeksi visual otomatis merupakan sistem yang sedang dikembangkan di
perusahaan – perusahaan manufaktur kosmetik, khususnya pada jalur pengemasan
produk (cartoning). Sistem ini penting bagi perusahaan untuk menjaga standar
kualitas produksi seiring peningkatan kecepatan proses pengemasan produk. Sistem
inspeksi visual otomatis akan mendeteksi ketidaksesuaian kemasan produk pada
proses pengemasan dan kemudian produk tersebut akan dikeluarkan dari jalur
kemas. Penting bagi stakeholder pada perusahaan untuk mengetahui jumlah dan
waktu ditemukannya ketidaksesuaian kemasan produk karena data tersebut dinilai
berharga bagi perusahaan untuk dianalisis sehingga didapatkan informasi penting
yang mempengaruhi kebijakan dan langkah perusahaan untuk meningkatkan proses
pengemasan produk. Maka dari itu perlu adanya suatu sistem untuk
mempresentasikan secara visual hasil inspeksi dari sistem inspeksi visual sebagai
tolak ukur peforma proses pengemasan terjadi pada satu shift kerja. Sub-sistem
server merupakan salah satu komponen dari sistem inspeksi visual otomatis yang
menyimpan data – data hasil inspeksi pada suatu basis data, serta deployment
aplikasi web visualisai hasil inspeksi.
Metode yang digunakan dalam perancangan sistem ini adalah capstone design yaitu
metode desain sistem yang terlatarbelakangi atas kebutuhan dan masalah yang
dimiliki calon pengguna. Secara khusus, pengguna mengharapkan suatu platform,
dalam hal ini condition monitoring platform untuk mengawasa proses inspeksi
berjalan pada devais existing yang dimiliki perusahaan, yaitu table dengan ukuran
resolusi 1920 x 1080 piksel. Kepuasan pengguna atas tampilan antarmuka harus
melebihi standar yang ditentukan secara global menggunakan metode system
usability scale (SUS) dengan angka minimal 67 poin.
Realisasi atas sub-sistem server terletak pada dua hal. Implementasi basis data baru
untuk dan tampilan antarmuka. Basis data tersimpan pada sub-sistem ini
diintegrasikan dengan basis data master perusahaan. Basis data baru ini menyimpan
informasi berupa hasil inspeksi yang telah dilakukan oleh sub-sistem pemrosesan.
Data ini digunakan sebagai dasar informasi hasil inspeksi yang telah dilakukan
dalam visualisasi data tampilan antarmuka. Implementasi basis data dilakukan menggunakan PostgreSQL sebagai RDBMS dan diikuti dengan platform
manipulasi data berbasis SQL, PgAdmin4. Untuk tampilan antarmuka, digunakan
back-end framework berbasis PHP dalam melakukan fetching data dan komunikasi
aplikasi web dengan basis data dan sub-sistem pemrosesan menggunakan protocol
komunikasi HTTP.
Pengembangan aplikasi web menggunakan framework berbasis PHP, yaitu Yii2.
Yii2 sebagai framework menggunakan desain pengembangan arsitektur perangkat
lunak MVC, atau model-view-controller. MVC terdiri dari 3 komponen. Model
berfungsi untuk menyimpan data, menipulasi data dari basis data, dan autentikasi
pengguna. View berfungsi untuk menyimpan logika bisnis yang dilakukan pada
server-side rendering, umumnya logika bisnis ini ditulis menggunakan javascript
dan eksekusi logika bisnis dilakukan tanpa perlu melakukan refresh halaman.
Terakhir, controller berfungsi sebagai penyimpanan API service dan secara umum
melakukan integrasi antara request pada client-side dan response dari basis data
pada komponen model. Pemilihan basis data PostgreSQL dilakukan dengan
mempertimbangkan scalability dan kemudahan perawatan basis data mengingat
besarnya komunitas pengguna PostgreSQL serta integrasi yang mudah antara
existing basis data master perusahaan dengan sistem inspeksi visual otomatis.
Pemilihan framework pengembangan aplikasi web menggunakan Yii2 juga didasari
oleh konsiderasi yang sama karena aplikasi pendukung manufaktur perusahaan
berdasarkan framework Yii2.
Pengujian atas implementasi aplikasi web terdiri dari pengukuran resolusi layar
devais user, serta hasil survey penggunaan tampilan antarmuka pada aplikasi web
menggunakan metode system usability scale (SUS). Resolusi layer terukur saat
implementasi sebesar 1920 x 1080 piksel atau FHD, sedangkan spesifikasi minimal
sebesar 800 x 600 piksel. Juga, hasil survey kemudahan penggunaan tampilan
antarmuka telah memenuhi spesifikasi karena nilai hasil survey sebesr 78 poin
sedangkan nilai spesifikasi minimal di 67 poin. Proyek ini secara umum telah
memberikan pemahaman dan pemanfaatan aplikasi web lebih luas, karena
penggunaan aplikasi web tidak hanya terbatas pada penggunaan komersil, namun
juga dapat diimplementasi pada proses manufaktur perusahaan.