Meningkatkan efisiensi energi adalah suatu isu yang penting. Di Indonesia banyak
potensi untuk menghemat energi. Salah satunya pada bidang konsumsi energi
bangunan komersil. Untuk hotel, terdapat potensi penghematan energi sebesar
10%–30%, sehinga menjadi penting untuk diteliti lebih lanjut. Studi ini berfokus
pada desain dan simulasi system pengkondisian udara dan air panas pada hotel di
DKI Jakarta, Indonesia. Hotel harus beroperasi 24 jam sehari dan 7 hari seminggu,
sehingga menjadi intensif secara energi.
Untuk melakukan ini, beban pendinginan dihitung menggunakan program Hourly
Analysis Program (HAP). Sementara beban air panas dihitung berdasarkan
ASHRAE standard 2011. Tiga alternatif sistem diajukan. Satu sebagai basis
pembandingan, dan dua lainnya untuk melihat efek beban parsial dan melihat
pengaruh sistem Heat Recovery. Studi dilakukan untuk melihat mana opsi terbaik
terkait pemakaian energi dan juga biaya siklus-hidup.
Sistem pembanding utama adalah penggunaan water-cooled chiller berkapasitas
tinggi ditambahkan dengan pompa panas untuk sistem air panas domestik (desain
1), Dua sistem yang akan dipelajari adalah water-cooled chiller berkapasitas rendah
dengan pompa panas (desain 2), dan penggunaan water-cooled chiller dengan
sistem heat-recovery terintegrasi (desain 3)
Berdasarkan perhitungan energy, desain 1 memiliki tingkat pemakaian listrik yang
terendah sebesar 2.562 MWh. Pemakaian energi desain 2 dan 3 lebih besar
sebanyak 5.7% dan 0.5%. jika dilihat biaya siklus-hidup pun, desain 1 memiliki
harga sekarang yang paling rendah sebesar 44,916 milyar IDR, sementara desain 2
dan 3 lebih mahal 6.4% dan 0.56%