Sektor pertambangan merupakan salah satu sektor yang menjadi andalan dalam perekonomian
Indonesia. Sumatera Selatan dengan cadangan minyak, gas, dan batubara yang melimpah justru
mengalami pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil dan memiliki tren pertumbuhan yang
negatif dari tahun 2001 hingga tahun 2021. Kondisi tersebut menunjukkan gejala/potensi
terjadinya resource curse di Provinsi Sumatera Selatan melalui sektor pertambangan dan
penggalian. Dimana resource curse merupakan fenomena yang menunjukkan kondisi suatu
negara atau daerah dengan kelimpahan sumber daya alam justru mengalami pertumbuhan
ekonomi yang negatif ataupun lambat.
Berdasarkan estimasi regresi data panel dapat diketahui bahwa variabel PDRB sektor
pertambangan memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap variabel pertumbuhan
PDRB. Selain sektor pertambangan, sektor pertanian, dan konstruksi juga memiliki pengaruh
negatif dan signifikan. Namun, sektor industri pengolahan memiliki pengaruh positif dan
signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa Provinsi Sumatera Selatan berpeluang untuk terjadinya
resource curse melalui sektor pertambangan, pertanian, dan konstruksi tetapi masih bisa
terhindar dari gejala tersebut melalui sektor industri pengolahan.
Jika dilihat dari perubahan multiplier outputnya antara tahun 2006 dan 2016, sektor
pertambangan mengalami peningkatan sebesar 31 %. Nilai tersebut menunjukkan pemerintah
Sumatera Selatan hingga saat ini masih menjadikan sektor pertambangan menjadi sektor
andalan pada struktur perekonomian. Analisis hubungan antara backward dan forward linkage
menunjukkan bahwa sektor industry pengolahan menjadi sektor kunci pada perekonomian
sedangkan sektor pertambangan, pertanian, dan konstruksi termasuk kedalam sektor petonsial
yang masih bisa dikembangkan. Oleh karena itu, agar Provinsi Sumatera Selatan dapat terbebas
dari gejala resource curse maka pemerintah Sumatera Selatan harus mengembangkan sektor
industri pengolahan berbasis sektor pertanian dan pertambangan.