digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Model community development yang berkembang saat ini mengambil berbagai perspektif baik dari masyarakat maupun praktisi pembangunan. Berangkat dari gagasan Schutte (2020) terkait kebutuhan kolektif sebagai dasar perumusan agenda pembangunan, penulis melakukan pendalaman kasus di dua lokasi dengan karakteristik dan kebutuhan masyarakat yang berbeda yaitu Alamendah dan Panggungharjo. Pendekatan kebutuhan kolektif ini menjelaskan bagaimana pentingnya masyarakat dapat mengartikulasikan masalah dan memanifestasikan hal tersebut menjadi formulasi kebutuhan, yang dipengaruhi oleh kondisi masing- masing wilayah. Secara kualitatif, pemetaan asosiasi pada proses pembangunan berdasarkan kegiatan-kegiatan dari praktisi, dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi aktor-aktor yang terlibat serta perubahan yang terjadi di masyarakat. Kesesuaian agenda pembangunan dengan kebutuhan masyarakat, dapat terlihat dari berbagai peran yang dimiliki masyarakat dalam setiap proses. Alamendah memiliki kebutuhan kolektif dalam pertanian dimulai dari pemilihan komoditas hingga keterlibatan dalam pemasaran hasil panen. Sedangkan Panggungharjo membuat kebutuhan kolektif dengan mendorong keikutsertaan masyarakat dalam lembaga dan usaha desa. Pengalaman masa lalu dari para aktor di kedua tempat tersebut menunjukkan bahwa pembangunan yang dilakukan merupakan hasil komposisi dari berbagai tindakan kolektif.