COVER Marco Makmur
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Marco Makmur
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Marco Makmur
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Marco Makmur
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Marco Makmur
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Marco Makmur
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Marco Makmur
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
PT Dirgantara Indonesia (Persero) merupakan badan usaha milik negara yang bergerak di bidang manufaktur pesawat. Salah satu produk yang dihasilkan PT Dirgantara Indonesia adalah produk A321 yang dijual kepada perusahaan Airbus dengan permintaan produk sebesar 6 unit per bulan. Berdasarkan kontrak kerjasama antara pihak PT Dirgantara Indonesia dan Airbus, jumlah permintaan produk A321 akan meningkat menjadi 36 unit per bulan secara bertahap pada beberapa tahun mendatang. Dari informasi yang didapatkan, area machining PT Dirgantara Indonesia tidak memiliki produktivitas yang cukup untuk menghadapi kondisi tersebut. Salah satu akar masalah dari produktivitas area machining yang rendah adalah banyaknya perpindahan intercellular pada program A321. Diperlukan paling sedikit 138 jam untuk untuk melakukan perpindahan intercellular untuk satu produk A321. Angka tersebut sangat besar jika dibandingkan dengan waktu permesinan yaitu 257 jam per produk. Oleh sebab itu, pihak manajemen membutuhkan rancangan pengelompokkan workcenter yang dapat meminimalisasi perpindahan intercellular.
Metode cellular manufacturing digunakan sebagai acuan untuk mengelompokkan workcenter dengan tujuan untuk meminimalisasi perpindahan intercellular. Dilakukan penyesuaian pada algoritma cellular manufacturing agar sesuai dengan karakteristik eksisting area machining yang mempertimbangkan urutan proses komponen, volume produksi, dan kapasitas workcenter. 95 komponen produk A321 dan 14 workcenter dipetakan kedalam matriks workcenter – komponen untuk mempermudah memahami hubungan workcenter dan komponen. Selanjutnya dilakukan perhitungan similarity coefficient antara satu workcenter dengan workcenter yang lain sebagai landasan pembentukan cell. Pasangan dengan nilai similarity coefficient terbesar dikelompokkan menjadi satu cell. Iterasi dilakukan sampai seluruh workcenter dikelompokkan ke dalam cell.
Rancangan solusi terpilih dari penelitian ini mempertimbangkan aspek perpindahan intercellular, biaya pemindahan mesin fisik, dan biaya material handling. Rancangan solusi mengelompokkan workcenter menjadi 2 cell dengan pemindahan mesin fisik hanya dilakukan pada cell 1. Perpindahan intercellular dengan tingkat permintaan 6 unit per bulan mengalami penurunan dari 828 menjadi 162 kali per bulan dan biaya pemindahan mesin adalah sebesar Rp 270.520.293