digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Farel Muhammad Elan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB1 Farel Muhammad Elan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB2 Farel Muhammad Elan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB3 Farel Muhammad Elan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB4 Farel Muhammad Elan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB5 Farel Muhammad Elan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB6 Farel Muhammad Elan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB7 Farel Muhammad Elan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB8 Farel Muhammad Elan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Farel Muhammad Elan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Minyak dan gas memiliki peranan penting dalam memajukan kemakmuran dan kesejahteraan dalam aspek perekonomian Indonesia. Indonesia telah aktif dalam sektor migas selama 130 (seratus tiga puluh) tahun setelah penemuan minyak pertama di Sumatra Utara pada tahun 1885 dan berdasarkan tinjauan statistika energi dunia oleh BP pada tahun 2019, Indonesia memiliki cadangan minyak sebanyak 3,2 milliar barrel pada akhir tahun 2018 [1]. Pipa bawah laut merupakan salah satu komponen penting dalam industri minyak dan gas sumber hidrokarbon lepas pantai yang meliputi pipa untuk transportasi dari suatu platform ke platform lain dan subsea manifolds, injeksi air atau bahan kimia lainnya, yang dirancang sesuai standar dan kode yang berlaku yang kemudian digelar di dasar laut. Dengan tujuan memiliki sistem perpipaan bawah laut yang baik dan aman, pipa bawah laut perlu di desain sesuai dengan tahapan yang berlaku dengan menyesuaikan beberapa parameter yang berlaku pada lingkungan dimana pipa bawah laut beroperasi. Pengangkutan suatu hidrokarbon menggunakan pipa bawah laut tergolong cukup efisien dan ekonomis, dengan itu secara tidak langsung jaringan pipa bawah laut lepas pantai secara bertahap menjadi opsi utama transportasi minyak dan gas di laut [2]. Beberapa bahaya yang terkait dengan pengoperasian jaringan pipa lepas pantai yang mengakibatkan gangguan pada transportasi dan produksi hidrokarbon serta dapat menyebabkan bencana kesehatan, lingkungan, dan kecelakaan. Setengah dari total kecelakaan pada pipa bawah laut diakibatkan oleh anchoring dan impact dari suatu objek yang jatuh dari kapal yang melewati pipa bawah laut. Salah satu objek yang dapat memberikan impact terhadap pipa bawah laut yaitu penggunaan pukat (trawl) pada penangkapan ikan. Pada pengerjaan tugas akhir akan dilakukan pemodelan trawl pullover pada pipa bawah laut dengan terdapatnya expansion spool menggunakan metode elemen hingga pada software ABAQUS dengan tujuan menunjukkan keintegritasan dari pipa bawah laut pada saat terjadi kecelakaan akibat trawl. Sebelum pipa digunakan dan trawl pullover dimodelkan akan dilakukan desain dengan menggunakan beberapa kriteria kode standar yang berlaku. Berdasarkan proses desain yang telah dilakukan pada pengerjaan Tugas Akhir ini didapatkan nilai tebal dinding sebesar 12,7 mm (0,5 inci) yang telah disesuaikan dengan kode standar DNVGL-ST-F101 dan API 5L, nilai tebal lapisan beton sebesar 40 mm dengan kedalaman trenching sebesar 5,6 milimeter dan telah disesuaikan dengan kode standar DNVGL-RP-F109 serta didapatkan nilai allowable free span length sebesar 22,4 meter yang telah disesuaikan dengan kode standar DNVGL-RP-F105. Pada pemodelan akan dilakukan mesh convergence study dalam mencari ukuran meshing paling optimal serta variasi arah sudut datang trawl terhadap pipa bawah laut. Berdasarkan hasil pemodelan didapatkan pengaruh arah datang sudut trawl terhadap pipa dengan mendapatkan nilai yield dan tensile pada titik tinjauan yang berbeda serta terdapat pengaruh dogleg terhadap pemodelan trawl pullover terhadap pipa bawah laut.