Proses merger dalam menciptakan kekuatan bisnis yang dominan di dalam
perbankan syariah di Indonesia menjadi sebuah keniscayaan. Langkah ini diambil
untuk memberikan dorongan pada perbankan syariah yang seperti mengalami
stagnasi market share selama dua dekade terakhir. Merger Bank Syariah Indonesia
menjadi tonggak menguatnya peran perbankan syariah dalam pembangunan
perekonomian nasional. Merger memunculkan visi menjadi pesaing bank syariah
di dunia. Visi menjadi bank syariah global membutuhkan manajemen talenta
terbaik yang mampu mendukung pencapaian bisnis bank dan terdepan dalam
pengelolaan sumberdaya insani yang unggul dan berkelanjutan.
Transformasi Bank Syariah Indonesia dari bank domestik menjadi bank
berorientasi internasional dan global memberikan penekanan pada pentingnya
pengembangan talenta terbaik bank pada skala global. Walaupun saat ini bank telah
memiliki talent pipeline dengan framework pengembangan talenta domestik yang
mumpuni untuk bersaing secara nasional, bank perlu menetapkan diferensiasi
talenta lokal dengan talenta global. Bank juga perlu memperhatikan status talenta
yang akan dipekerjakan di cabang overseas sebagai seorang expatriate yang bekerja
di negeri lain. Mereka berada di dalam keragaman budaya, industri dan peraturan
yang berbeda dengan Indonesia. Hal ini akan membutuhkan perbedaan kemampuan bisnis, keterampilan budaya dan pemahaman terhadap peraturan yang berbeda juga
dibandingkan talenta lokal.
Studi ini mencoba menemukan kebutuhan bank dalam mengembangkan talenta
lokal dan global dengan standar internasional. Kajian ini juga melihat kerangka
kerja yang dibutuhkan dalam proses pengembangan talenta global dengan tetap
memperhatikan sumber daya lokal sebagai sumber pemenuhan talenta global.
Metodologi kualitatif dilakukan dengan pengumpulan data melalui wawancara
mendalam dan analisis dengan aplikasi Quirkos.
Peneliti berharap dapat menemukan framework yang tepat mengenai
pengembangan talenta global di organisasi. Peneliti juga berharap dapat
menjelaskan bagaimana talenta global yang merupakan ekspatriat di negara tujuan
dapat berhasil di dalam pekerjaannya.
Peneliti menemukan bahwa kerangka GTM menjadi bidang interaksi antara aktor
dan model konseptual. Interaksi multi-aktor menghasilkan iklim GTM. Penelitian
ini juga menambahkan profil kesuksesan, pola pikir global, dan kompetensi
kepemimpinan untuk meningkatkan hasil bisnis.