Tantangan dalam kerusakan aset jalan adalah terkait dengan beban berlebih, iklim,
suhu tinggi, dan kondisi tanah dasar yang lunak. Anggaran yang terbatas juga
menjadi isu dalam program pemeliharaan jalan. Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan
pendekatan dalam perencanaan tebal lapis tambah (overlay) pada struktur
perkerasan lentur menggunakan metode AASHTO 1993 dan metode mekanistikempiris
MDP 2017 dengan software KENPAVE demi mencegah kerusakan struktur
perkerasan lentur sebelum umur rencana, serta melakukan program pemeliharaan
jalan agar dapat mengontrol anggaran yang akan dikeluarkan saat melakukan
penanganan overlay. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kebutuhan
tebal overlay yang selanjutnya dilakukan pengembangan 3 skenario pemeliharaan
jalan untuk kedua metode.
Berdasarkan metode AASHTO 1993, hasil analisis lendutan FWD di ruas jalan
Cirebon–Batas Kabupaten Kuningan dengan panjang jalan 12,16 km menghasilkan
faktor keseragaman (FK) 34,35%, sehingga perlu dilakukan segmentasi yang dibagi
menjadi 5 segmen agar mencapai keseragaman. Kemudian, nilai lendutan wakil
(dwakil) pada setiap segmen digunakan dalam perhitungan back calculation untuk
mengetahui nilai modulus resilien (MR) tanah dasar dan modulus efektif perkerasan
(Ep) struktur perkerasan eksisting. Data LHR menghasilkan pertumbuhan lalu lintas
rata-rata pada tahun 2015-2017 = 4,47% sepanjang umur rencana 10 tahun, dan
perhitungan CESAL menggunakan nilai VDF MDP 2017 = 42.706.076 ESAL.
Dengan menggunakan metode mekanistik-empiris MDP 2017, digunakan data
LHR tahun 2022 = 44.657 kendaraan dengan persentase HV = 6,79% dengan umur
rencana 10 tahun, dan rata-rata beban gandar kendaraan berat (NHVAG = 2,8)
menghasilkan desain lalu lintas (NDT) sebesar 19.025.192 ESA/HVAG. Nilai NDT
dikalikan dengan nilai Traffic Multiplier (TM) sebagai koreksi terhadap kerusakan
fatigue cracking (TM = 1,1) menghasilkan repetisi beban = 20.927.711 SAR5/ESA
dan kerusakan permanent deformation (TM = 1,6) menghasilkan repetisi beban =
30.440.307 SAR7/ESA. Hasil perhitungan tebal overlay yang paling tebal menggunakan metode AASHTO
1993 adalah Segmen 2 untuk Skenario 1: penanganan full overlay = 18 cm;
Skenario 2: penanganan overlay bertahap 5 cm per tahun = 20 cm; dan Skenario 3:
jika anggaran terbatas = 15 cm. Hal ini disebabkan karena nilai modulus resilien
(MR) tanah dasar pada Segmen 2 rendah daripada keempat segmen yang lain.
Hasil perhitungan tebal overlay yang paling tebal menggunakan metode
mekanistik-empiris MDP 2017 yaitu pada Segmen 3 untuk Skenario 1: penanganan
full overlay = 27 cm; Skenario 2: penanganan overlay bertahap 5 cm per tahun = 10
cm; dan Skenario 3: jika anggaran terbatas = 9 cm. Hal ini disebabkan karena
modulus kekakuan campuran beraspal yang rendah pada Segmen 3 dari pada
keempat segmen yang lain.
Kebutuhan biaya pemeliharaan jalan paling tinggi berdasarkan metode AASHTO
1993 yaitu pada Skenario 2 dan biaya paling rendah pada Skenario 1. Berdasarkan
metode mekanistik-empiris MDP 2017, biaya paling rendah pada Skenario 3 dan
biaya paling tinggi pada Skenario 1.