Berdasarkan data ESDM tahun 2017 Pulau Wawonii merupakan daerah non-cekungan air tanah. Penelitian dilakukan dengan tujuan (1) mengetahui sistem air tanah Pulau Wawonii bagian selatan yang merupakan daerah non – CAT (2) mengetahui pola aliran air tanah di Wawonii bagian selatan, dan (3) mengetahui lokasi dengan potensi air tanah yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana penunjang operasi pertambangan. Penelitian dilakukan dengan kombinasi metode geofisika dan hidrogeologi. Pengambilan data metode geofisika geolistrik tahanan jenis, survei hidrogeologi pemetaan mata air, sifat fisik (temperatur, Ph, TDS, EC, salinitas, turbidity, dan DO) pemboran inti, dan muka air tanah. Analisis dilakukan pada 3 sub-DAS yaitu sub-DAS Roko-Roko, sub-DAS Nambo Jaya, dan sub-DAS Masolo. Berdasarkan hasil analisis geofisika, penampang bawah permukaan dari ketiga sub-DAS memperlihatkan nilai resistivitas dengan klasifikasi 0,97 – 50 ?.m merupakan lempung dan gamping atau gamping malihan berongga dengan sisipan lempung. Resistivitas 55 – 159 ?.m merupakan gamping atau gamping malihan berongga atau rekahan yang terisi air. Resistivitas 191 – 4300 ?.m merupakan gamping yang kedap air dan 4500 – 19213,96 ?.m merupakan gamping atau gamping malihan berongga yang tidak terisi material lain atau fluida. Resistivitas tinggi yaitu lebih dari 19213,96 ?.m rata-rata terdapat pada sub-DAS Roko-Roko. Terdapat mata air hangat yaitu Sp-06 dan Sp-12 yang ditentukan berdasarkan sifat fisik dari mata air tersebut. Arah aliran air tanah dari sub-DAS Roko-Roko dominan mengarah ke timur laut dan tenggara, sub-DAS Nambo Jaya arah aliran air tanah dominan mengarah ke tenggara dan timur, sedangkan Sub-DAS Masolo dominan mengarah ke timur laut dan tenggara. Hasil dari arah aliran air tanah mendapatkan hasil yang sesuai dengan pola interpolasi nilai TDS. Potensi air tanah berdasarkan data interpretasi geolistrik di bagian paling selatan sub-DAS Roko-Roko dinilai kurang berpotensi. Sementara itu untuk sub-DAS Nambo jaya dan sub-DAS Masolo memiliki potensi air tanah yang tinggi terutama di bagian selatan sebagai penunjang aktivitas pertambangan.