Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi kelautan yang besar dengan
salah satu potensi yang dimiliki yaitu adalah potensi minyak dan gas (MIGAS).
MIGAS merupakan salah satu sumber energi yang paling sering digunakan
masyarakat Indonesia. Diketahui setiap tahunnya, permintaan terhadap MIGAS
sampai sekarang terus meningkat. Namun, diketahui bahwa terjadi penurunan
produksi baik minyak dan gas setiap tahunnya. Untuk meningkatkan produksi
MIGAS, diperlukan sarana dan prasarana yang mendukung produksi tersebut,
dengan salah satu sarana yang dapat mendukung proses eksplorasi atau eksploitasi
adalah pipa bawah laut sebagai sarana transportasi fluida.
Sering kali dijumpai berbagai masalah pada saat pipa bawah laut mulai
beroperasi, salah satu permasalahannya yaitu integritas pipa yang terganggu
akibat ditemukan kecacatan pada pipa saat pelaksanaan inspeksi. Kerusakan
tersebut dapat terjadi diakibatkan oleh crack. Untuk menjaga terjadinya kerusakan
yang lebih berat akibat crack pada pipa, dilakukan suatu metoda yang dinamakan
metode elemen hingga, yang bertujuan untuk memeriksa integritas dari pipa yang
mengalami cracking. Belakangan ini, extended finite element method atau dikenal
dengan nama XFEM, lebih sering digunakan untuk melakukan pemodelan crack
pada pipa.
Sebelum pipa digunakan untuk eksplorasi, perlu dilakukan perancangan pipa
bawah laut yang detail agar memenuhi kriteria-kriteria yang berlaku, dengan tebal
dinding pipa menggunakan standar DNVGL-ST-F101, analisis on-bottom stability
dengan standar DNV-RP-F109, analisis instalasi berdasarkan DNVGL-ST-F101,
dan analisis free span dengan standar DNVGL-RP-F105. Akan dilakukan juga
pemodelan crack dengan menggunakan XFEM, untuk mengatahui pengaruh
ukuran dari initial crack yang menjalar dari bagian luar pipa terhadap nilai
bursting pressure yang dibutuhkan, akibat internal pressure yang berkerja pada
pipa.
Berdasarkan proses desain yang dilakukan pada Tugas Akhir ini, didapatkan nilai
tebal dinding pipa yang akan digunakan dengan nilai 12,7 mm (0.5 in). Dilakukan
analisis on-bottom stability dan diperoleh tebal lapisan beton yaitu setebal 63 mm
(2.48 in). Selanjutnya, diperoleh free span yang diizinkan dengan nilai sebesar
16.3 m. Didapatkan ukuran tinggi dari initial crack paling mempengaruhi nilai
bursting pressure akibat internal pressure yang berkerja pada pipa.