COVER FREDERICUS KEVIN CHRYSANT JARDIN
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB1 FREDERICUS KEVIN CHRYSANT JARDIN
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB2 FREDERICUS KEVIN CHRYSANT JARDIN
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB3 FREDERICUS KEVIN CHRYSANT JARDIN
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB4 FREDERICUS KEVIN CHRYSANT JARDIN
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB5 FREDERICUS KEVIN CHRYSANT JARDIN
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA FREDERICUS KEVIN CHRYSANT JARDIN
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
Salah satu pekerjaan dalam mikroseismik adalah menentukan lokasi, dimana
sebelumnya memerlukan waktu tiba gelombang P dan S di setiap kejadian gempa
pada masing-masing stasiun. Data yang sangat banyak menyebabkan waktu
pengolahan data yang panjang. Hal ini disebabkan karena akusisi data
mikroseismik dilakukan dalam jangka waktu satu bulan atau lebih. Biasanya
seismometer dipasang sesuai dengan desain akuisisi yang mengitari daerah
prospek pada suatu lapangan panas bumi. Pada penelitian ini digunakan metode
Template Matched Filter (TMF) dalam mencari keterdapatan event lalu metode
Akaike Information Criteria (AIC) dalam menentukan waktu tiba gelombang P
serta Differential Evolution (DE) dalam mengestimasi lokasi event mikroseismik.
Berdasarkan langkah-langkah metode TMF ditemukan 270 potongan seismogram
yang diduga terdapat event mikroseismik. Selanjutnya dari potongan-potongan
tersebut dilakukan onset pick gelombang P menggunakan metode AIC. Kemudian
dilakukan estimasi lokasi menggunakan metode DE dan diplot menggunakan
GMT sehingga menghasilkan 106 event mikroseismik lokal. Pada tahap estimasi
digunakan kecepatan gelombang P homogen yaitu 5 km/s. Perbandingan dengan
pengolahan data manual menunjukkan bahwa jumlah event yang terdeteksi lebih
banyak yang memberikan indikasi keunggulan pengolahan data otomatis. Lokasi
event yang dihasilkan terbukti lebih akurat dan menggambarkan sesar yang paling
aktif pada lapangan panas bumi ini yaitu Sesar Rancabali.