digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Ketidaknormalam kadar dopamine dalam tubuh dapat mengindikasikan berbagai gangguan seperti Parkinson, skizofrenia, dan penyakit Alzheimer. Pendeteksian dini dan perawatan yang segera dapat membantu meringankan dampak yang ditimbulkan pada pasien. Dengan demikian, pengembangan sensor pendeteksi dopamine yang dekat dengan pasien (pengujian point-of-care) menjadi penting untuk membantu memfasilitasi pendeteksian dini maupun untuk monitoring rutin. Salah satu metode yang potensial digunakan adalah sensor berbasis elektrokimia mengingat dopamin memiliki aktivitas elektrokimia yang relatif baik. Selain itu, sensor berbasis elektrokimia memiliki keunggulan dalam menghasilkan sensitivitas yang baik, penggunaan yang mudah, dan pengukuran yang cepat. Namun, masih diperlukan berbagai usaha optimasi untuk mensiasati beberapa isu tantangan utama dalam mendeteksi dopamine menggunakan metode elektrokimia. Tantangan tersebut antara lain konsentrasi dopamine yang sangat rendah di dalam tubuh dan adanya bahan organik lain yang muncul bersamaan dan berpotensi untuk menjadi interferens respon sinyal pendeteksian dopamin. Salah satu cara yang umum digunakan adalah dengan memodifikasi elektroda kerja menggunakan material logam mulia berstruktur nano. Nanopartikel emas (AuNP) telah banyak dimanfaatkan dalam sensor berbasis elektrokimia dikarenakan berbagai sifat menarik yang dimilikinya seperti, luas permukaan aktif yang sangat tinggi, biokompatibilitas yang baik, transfer elektron yang cepat, dan aktivitias katalitik yang baik sehingga memungkinkan pendeteksian target dengan metode non-enzimatik. Selain itu, Au berstruktur nano dengan morfologi yang berbeda akan memberikan kinerja yang berbeda pada sensor elektrokimia. Au nanospike (AuNS) sebagai salah satu kandidat potensial untuk aplikasi elektrokimia telah menarik banyak perhatian karena sifat orientasi kristal yang dapat menghasilkan kemampuan elektrokatalitik yang tinggi dan meningkatkan situs aktif dalam pengujian elektrokimia. Sampai saat ini belum terdapat penelitian yang sudah terbit mengenai deteksi dopamine berbasis elektrokimia menggunakan pemanfaatan AuNS. Dalam penelitian ini, penulis mengembangkan elektrodeposisi AuNS yang sederhana pada elektroda untuk diaplikasikan sebagai sensor pendeteksi non-enzimatik terhadap dopamin. Metode elektrodeposisi digunakan untuk proses modifikasi dikarenakan mampu menghasilkan morfologi yang bervariasi dengan mengontrol parameter elektrodeposisi, antara lain potensial kerja, waktu deposisi, dan penambahan growth directing agent dengan proses yang cepat dan sederhana serta hasil deposisi yang homogen. Screen printed carbon electrode (SPCE) dipilih sebagai elektroda elektrokimia yang digunakan dengan keunggulannya, antara lain memungkinkan untuk melakukan pengujian portabel, sederhana, kemudahan dalam penggunaan, fabrikasi dengan biaya relatif rendah, sehingga potensial untuk produksi massal. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa konfigurasi parameter deposisi yang menghasilkan elekroda modifikasi paling optimal adalah elektrodeposisi menggunakan Constant Potential Amperommetry (CPA) dengan potensial kerja ?0,2 V, selama 1200s, dan menggunakan konsentrasi precursor sebesar 10mM. AuNS yang dihasilkan dengan parameter tersebut terlihat sudah melapisi seluruh permukaan elektroda karbon dengan homogen. Dengan perhitungan yang didapatkan dari pengujian elektrokimia terhadap H2SO4, didapatkan Electrochemical Surface Area (ECSA) tertinggi yaitu 0,71 cm2. Sebagai sensor dopamine, SPCE termodifikasi AuNS menghasilkan selektivitas sebesar 0,0556 ?A ?M-1 cm-2 dengan rentang linear dari konsentrasi 0,2-50 ?M. Selain itu, SPCE termodifikasi AuNS dapat dengan selektif mendeteksi dopamine diantara analit interferens lain seperti asam askorbat, urea, dan asam urat. Dari hasil-hasil tersebut menunjukkan bahwa SPCE termodifikasi AuNS potensial untuk dimanfaatkan sebagai sensor pendeteksi dopamin.