digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Matthew Putro Amadeo
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Matthew Putro Amadeo
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Matthew Putro Amadeo
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Matthew Putro Amadeo
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Matthew Putro Amadeo
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Matthew Putro Amadeo
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Matthew Putro Amadeo
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan

Kegiatan manusia yang berhubungan dengan material radioaktif pasti akan menghasilkan limbah radioaktif. Limbah radioaktif yang dimaksud dapat berupa sisa bahan bakar, peralatan pekerja, pakaian, dan sebagainya yang tentu telah terpapar radiasi. Limbah radioaktif tersebut dapat dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu Low-Level Waste (LLW), Intermediate-Level Waste (ILW), dan High-Level Waste (HLW). Dalam pengolahannya, terutama pada penyimpanan akhir, limbah tersebut tidak boleh mengalami proses yang sembarangan, khususnya sisa bahan bakar nuklir yang umumnya termasuk ke dalam HLW. Untuk menghindari bahaya radioaktif, haruslah digunakan perisai/shielding dalam prosesnya untuk membungkus sisa bahan bakar tersebut. Tulisan ini lebih terfokus kepada shielding sisa bahan bakar untuk proses penyimpanan akhir. Pada awalnya, akan dipelajari performa timbal dalam menyerap radiasi dari sumber, dan kemudian akan digunakan perisai tambahan berupa beberapa jenis beton untuk mengurangi bahaya radioaktif. Sebagai permulaan, dilakukan studi mengenai performa timbal terhadap sumber radiasi berupa Cesium-137. Selanjutnya, dilakukan analisis yang berkaitan dengan beton-beton tersebut. Pada hasil perhitungan, didapat bahwa ketebalan material sangat memengaruhi intensitas radiasi yang keluar. Selain itu, densitas material juga berpengaruh terhadap intensitas radiasi yang keluar karena densitas berkaitan dengan koefisien atenuasi suatu material. Setelah dilakukan perhitungan, untuk mencapai batas aman berdasarkan Annual Limit Intake Cs-137, dibutuhkan plat timbal dengan ketebalan 21,62 cm. Selanjutnya untuk mencapai hal yang salma dilakukan proses tersebut dengan menggunakan beton normal dan didapati bahwa dibutuhkan sekitar 168,55 cm beton normal untuk mencapai hasil yang sama seperti plat timbal dengan ketebalan 21,62. Lalu dilakukan penggabungan plat timbal setebal 5 cm berdasarkan asumsi keterbatasan jumlah timbal sehingga dilakukan perisai tambahan berupa beton normal. Proses selanjutnya adalah suatu kasus di mana beberapa jenis nuklida yang dihasilkan dari hasil kerja reaktor tipe LWR akan diberi perisai 180 hari setelah dilakukan discharge dari reaktor tersebut dan akan dilakukan penyimpanan akhir. Dengan asumsi ketidaktersediaannya plat timbal sebagai perisai, akan dilakukan analisis untuk tiga buah jenis beton, yaitu beton biasa, beton basalt-magnetite, dan beton steel-magnetite, di mana ketiga jenis beton ini memiliki komposisi dan massa jenis yang berbeda.