digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Diabetes melitus merupakan penyakit yang berjangka panjang berupa gangguan pada sekresi insulin. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, Negara Indonesia berada di peringkat ke-tujuh dari sepuluh negara dengan jumlah penderita diabetes melitus terbanyak di dunia. Data tersebut menunjukan bahwa salah satu penyebab utama yang meningkatnya penderita diabetes melitus di Indonesia yaitu pola konsumsi dari masyarakat yang gemar mengkonsumsi minuman manis. Sebanyak 61.3% responden menyatakan bahwa frekuensi mengkonsumsi minuman manis dalam satu hari lebih dari satu kali. Pemerintah Indonesia melalui Kementeraian Kesehatan mengeluarkan rekomendasi batas asupan gula per hari sebanyak 50 g/ml, sedangkan rata-rata kandungan gula pada minuman kemasan berada pada 20 gram per sajian. Pola konsumsi minuman manis perlu di kendalikan untuk menurunkan faktor risiko terkena penyakit diabetes dengan membatasi asupan gula harian. Oleh karena itu dibutuhkan suatu perangkat keras yang dapat mengukur kadar glukosa pada larutan. Salah satu metode untuk mengukur tingkat konsentrasi glukosa pada larutan dengan menggunakan metode near infrared spectroscopy (NIRS). Prinisip kerja sederhana dari NIRS yaitu dengan mengukur tingkat absorbsi dari sampel. Perancangan perangkat keras NIRS dengan menggunakan dua rangkaian utama yaitu rangkaian akuisisi sinyal dan pengkondisi sinyal. Rangkaian akuisisi sinyal terdiri dari dua rangkaian yaitu transmitter dan receiver. Rangkaian transmitter menggunakan tiga buah light emitting diode (LED) inframerah pada panjang gelombang 940 nm, 1200 nm, dan 1450 nm. Pada rangkaian receiver digunakan tiga buah fotodiode dengan rentang panjang gelombang 800-1700 nm dan sebuah rangkaian tambahan yang dapat mengkonversi arus menjadi tegangan. Rangkaian pengkondisi sinyal terdiri dari rangkaian filter aktif dengan frekuensi cut-off 50 Hz. Data pengkondisi sinyal akan menjadi data pembacaan perangkat keras. Pengujian perangkat keras NIRS diuji dengan melakukan analisis data pembacaan terhadap besar konsentrasi larutan. Analisis dilakukan dengan analisis least square dan perhitungan koefisien korelasi. Hasil least square menunjukkan besar normalisasi root mean square (RMS) error data sebesar 0.2023 (940 nm), 0.1162 (1200 nm), dan 0.0828 (1450 nm), hasil perhitungan koefisien korelasi data sebesar 0.6567 (940 nm), 0.9057 (1200 nm), dan 0.9480 (1450 nm), dan hasil perhitungan koefisien ii determinasi sebesar 43.1% (940 nm), 82% (1200 nm), dan 89.9% (1450 nm). Hasil analisis data pengujian perangkat keras NIRS menunjukkan bahwa terjadi korelasi yang cukup pada panjang gelombang 940 nm dan terjadi relasi yang kuat pada panjang gelombang 1200 nm dan 1450 nm. Melalui hasil analisis data pengujian dengan menggunakan 29 sampel larutan didapatkan bahwa diantara ketiga panjang gelombang yang digunakan pada perangkat keras NIRS, panjang gelombang 1450 nm merupakan panjang gelombang yang paling baik digunakan untuk mendeteksi kadar glukosa di dalam larutan.