Perkembangan dan pengaplikasian sistem struktur pracetak kinerja tinggi pada
bangunan gedung beton bertulang dengan memanfaatkan pembentukan sendi
plastis untuk mendisipasikan energi pada komponen struktur itu sendiri, telah
banyak diproduksi secara lokal di Indonesia. Disisi lain terus ditemukannya sesar
baru yang akan berpotensi terus meningkatkan seismisitas, serta kebutuhan untuk
mendapatkan kinerja seismik struktur yang lebih baik untuk bangunan yang bernilai
tinggi juga terus dibutuhkan. Oleh karena itu penggunaan sistem isolasi dasar
menjadi salah satu inovasi yang dapat meningkatkan kinerja struktur bangunan
pracetak. Pada penelitian ini akan difokuskan pada penggunaan isolasi dasar tipe
Lead Rubber Bearing (LRB), dan model bangunan adalah sistem ganda beton
bertulang yang merupakan kombinasi Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus
(SRPMK) dan Sistem Dinding Struktural Khusus (SDSK) beton bertulang 20 lantai,
berlokasi di daerah seismisitas yang tinggi yaitu Jakarta dengan kelas situs tanah
lunak dan berfungsi sebagai apartemen sehingga masuk sebagai kategori desain
seismik D. Pada tahap awal struktur dianalisis dan didesain dengan pendekatan
berbasis preskriptif yakni analisis linier elastik, dimana desain pendetailam setiap
elemen struktur akan mengikuti SNI 2847:2019 sesuai tingkat detailing yang
digunakan dan tahapan analisis serta pembebanan mengikuti SNI 1726:2019 untuk
pembebanan lateral gempa dan SNI 1727:2020 untuk beban gravitasinya, baik
untuk struktur tumpuan terjepit maupun untuk struktur sistem isolasi dasar. Pada
analisis yang lebih detail akan menggunakan analisis berbasis kinerja dengan Non
Linier Time History (NLTH) dan akan dibandingkan respons struktur dan kinerja
dari kedua sistem struktur tersebut. Struktur dengan dan tanpa isolasi dasar
dianalisis dengan NLTH menggunakan 11 (sebelas) pasang rekaman gempa yang
telah diskalakan terhadap gempa desain atau Design Basis Earthquake (DBE) dan
gempa maksimum atau Maximum Considered Earthquake (MCE) dari respon
spektra Jakarta tanah lunak. Untuk pemodelan non-linier elemen struktur
menggunakan ASCE 41-17 karena didapatkan lebih konservatif. Selanjutnya untuk
model struktur dengan isolasi dasar dilakukan dengan 3 (tiga) pemodelan yakni
dengan properti nominal, properti batas atas (upper bound) dan properti batas bawah (lower bound) untuk melihat pengaruh dari varian modifikasi properti LRB
yang digunakan. Parameter yang akan diukur pada analisis NLTH adalah
karakteristik dinamik struktur, gaya geser dasar, gaya geser lantai, perpindahan
total, rasio simpangan antar lantai, rasio simpangan atap, kerusakan sendi plastis
elemen struktur, rasio disipasi energi inelastik, dan deformasi horizontal isolasi
dasar LRB. Hasil analisis yang diperoleh dengan analisis NLTH yakni untuk
struktur gedung pracetak tanpa isolasi dasar pada level gempa MCE kinerja struktur
yang dihasilkan adalah Life Safety (LS), meningkat menjadi Immediate Occupancy
(IO) setelah menggunakan isolasi dasar LRB, dan pada level gempa DBE diperoleh
kinerja struktur tanpa isolasi dasar adalah Immediate Occupancy (IO), meningkat
menjadi elastik atau operasional setelah ditambahkan isolasi dasar LRB. Demikian
juga untuk parameter-parameter lainnya mengalami reduksi yang cukup signifikan
karena disipasi energi gempa dominan berpusat pada elemen isolasi dasar yang
digunakan. Sehingga kombinasi sistem struktur pracetak dengan isolasi dasar ini
akan memberikan peningkatan hasil kinerja dan reduksi respons yang signifikan
yang artinya kerusakan elemen struktur atas menjadi semakin minimum dan masih
dapat diperbaiki paska gempa terjadi, terlebih sistem sambungan pracetak yang
digunakan memiliki keunggulan untuk dapat dengan mudah dan efektif diperbaiki
kembali.