Tingkat kejenuhan kerja yang rendah dan keterikatan terhadap institusi yang tinggi merupakan salah satu faktor krusial dalam profesionalisme dokter. Penerapan praktik monoloyalitas (dokter hanya bekerja pada satu pusat layanan kesehatan) dapat menjadi salah satu kontributor profesionalisme dokter dalam praktik klinik berkaitan dengan kejenuhan dan keterikatan kerja yang legal secara hukum di Indonesia.
Studi ini bertujuan untuk menilai potensi manfaat penerapan praktik monoloyalitas di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) sebagai rumah sakit tersier dan rumah sakit Pendidikan utama dalam menurunkan kejenuhan kerja dan mempromosikan keterikatan dokter terhadap tempat kerja. Studi ini menggunakan mentode penelitian campuran. Secara kuantitatif, The Oldenburg Burnout Inventory (OLBI) dan Utrecht Work Engagement Scale-9 (UWES-9) digunakan untuk menilai kejenuhan dan keterikatan kerja terhadap dokter spesialis yang bekerja di RSUDZA. Analisis triangulasi data kualtitatif dan kualitatif (wawancara terhadap dokter dan manajemen rumah sakit) berkaitan dengan 7 komponen kejenuhan-keterikatan kerja (beban kerja, kontrol dan fleksibilitas, intergrasi pekerjaan dan kehidupan pribadi, dukungan sosial dan komunitas dalam bekerja, kultur dan nilai organisasi, efisiensi dan sumber daya, dan kemaknaan dalam bekerja) dilakukan untuk menentukan komponen kunci kejenuhan-keterikatan kerja dalam implementasi praktik monoloyalitas.
Sebanyak 62,9% dokter di RSUDZA mengalami kejenuhan kerja dengan tingkat keterikatan kerja berada pada kategori rata-rata. Komponen beban kerja, kontrol dan fleksibilitas serta kultur dan nilai organisasi menjadi komponen kunci kejenuhan-keterikatan kerja berkaitan dengan praktik monoloyalitas. Responden penelitian ini beranggapan bahwa mono-loyalitas dapat meningkatkan fokus dalam bekerja dan mereka setuju untuk diterapkan secara parsial dan sukarela. Penerapan praktik monoloyalitas dapat meningkatkan fokus dalam bekerja sehingga dapat mewujudkan ketahanan institusi dan kekuatan individu yang berdampak positif terhadap ketiga komponen kunci tersebut sehingga dapat menurunkan kejenuhan dan meningkatkan keterikatan kerja dokter pada rumah sakit tersier-pendidikan di Indonesia.