Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis yang sangat bagus untuk
melakukan berbagai aktivitas bidang pertanian atau perkebunan. Penerapan sistem
ketahanan pangan dapat dilakukan dengan melakukan budidaya tanaman dengan
berbagai sistem agrikultur yang dapat menjawab masalah terkait kurangnya lahan,
iklim tidak stabil, serta adanya krisis pandemi yang menyebabkan aktivitas di luar
ruangan terkendala. Dalam menjawab tantangan tersebut maka budidaya
hidroponik menjadi solusi terkait masalah budidaya tanaman dengan menerapkan
aplikasi Smart Greenhouse sebagai ruang bangun yang berfungsi menjaga tanaman
dengan kondisi lingkungan terjaga berbasis penggunaan teknologi Internet of
Things (IoT) sehingga kondisi tanaman dapat dipantau secara praktis.
Penelitian ini melakukan perancangan, pembuatan serta pengujian sistem
monitoring Smart Greenhouse dengan mikrokontroler modul BG96 Intelli WiFi
terkoneksi sensor intensitas cahaya LDR, sensor suhu dan kelembaban DHT11,
serta Water Level Sensor untuk mendeteksi ketinggian air. Protokol komunikasi
yang digunakan pada penelitian ini MQTT dan HTTP yang terkoneksi pada server
Antares. Sedangkan pengujian analisis QoS jaringan menggunakan wireshark.
Hasil data penelitian ini menunjukkan bahwa sistem monitoring terbukti efektif
dapat di akses menggunakan web dan smartphone dengan nilai suhu, kelembaban
cahaya ketinggian air yang sudah ideal. Hasil pengujian alat menunjukkan rata-rata
tanaman pakcoy dengan diletakkan pada Smart Greenhouse memiliki pertumbuhan
tinggi 6 cm selama percobaan 12 hari. Sedangkan pada pengujian QoS komunikasi
data protokol MQTT dan HTTP menghasilkan data pada pengujian membuktikan
MQTT membutuhkan bandwidth lebih kecil dibanding HTTP dengan selisih 5542
bps. Packet loss pada MQTT lebih efisien dibanding HTTP karena penggunaan
paket terkecil dalam jaringan yang ditangani sistem merupakan paket dari MQTT
dengan selisih nilai 0,12% lebih kecil. Adapun nilai delay dan jitter HTTP lebih
unggul pada percobaan ini jika dibandingkan dengan MQTT dengan selisih 166 ms
lebih cepat dibanding MQTT. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor di
antaranya pada pengujian 1 jam data MQTT hanya menghasilkan 7117 paket
sedangkan HTTP menghasilkan 10670 paket sehingga hasil perhitungan pada paket
delay memiliki nilai yang berbeda