Abstrak :
Untuk meningkatkan tingkat pendapatan yang lebih baik, umumnya masyarakat perdesaan melakukan pergeseran aktivitas ekonomi ke lapangan usaha lain yang umumnya memberikan nilai tambah yang lebih tinggi. Dalam pelaksanaan seperti itu, pergeseran aktvitas ekonomi sering diperlukan aktivitas yang memiliki basis teknologi yang berbeda dari teknologi yang mendasari aktivitas ekonomi sebelumnya. Salah satu stimulan yang mendorong pergeseran aktivitas ekonomi yag satu ke yang lain, adalah pengenalan dari beberapa teknologi yang dianggap sebagai teknologi baru, khususnya bagi masyarakat perdesaan. Dengan kata lain, pergeseran aktivitas ekonomi dibangun oleh adanya transfer teknologi di dalam masyarakat.
Di dalam upaya untuk memahami lebih baik bagaimanana masyarakat perdesaan melaksanakan transfer teknologi tersebut, suatu kajian dilakukan pada kasus nyata yang terjadi dalam masyarakat perdesaan di Desa Mekarbakti Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang, yang telah terjadi pergeseran aktivitas ekonomi dari bercocok tanam ke peternakan.
Studi yang dilakukan ditujukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: (1) bagaimanakah pemfungsian bermacam-macam teknologi yang dipraktekkan di peternakan sapi perah dilakukan?, (2) bagaimanakah pemfungsian bermacam-macam teknologi yang dipraktekkan dipeternakan sapi perah berpengaruh pada output nya,? dan (3) tindakan-tindakan yang layak apakah yang dapat dilakukan agar pemfungsian bermacam-macam teknologi dapat diarahkan ke perbaikan kinerja usaha peternakan sapi perah.
Berikut ini suatu kesimpulan yang dapat dibuat dari studi ini. Pertama, suatu fakta bahwa masyarakat perdesaan telah melakukan pergeseran mata pencaharian dari bercocok tanam ke peternakan sapi perah; ini merupakan petunjuk bahwa dalam masyarakat perdesaan tersebut telah terjadi pendinamisan; mereka mampu memutuskan untuk melakukan perubahan mata pencahariannya tatkala mereka melihatnya begitu diperlukan. Kedua, walaupun usaha peternakan sapi perah baru berlangsung selama kira-kira lima tahun, mereka telah mampu mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan usahanya pada tingkat yang pantas, walaupun belum memuaskan; ini dapat diamati dari rata-rata tingkat prodiktivitas sapi yang tercatat sekitar 12,9 liter flap hari dibandingkan dengan lingkungan usaha yang maju yang mampu menghasilkan antara 15 hingga 20 liter per ekor per hari. Tiga, teramati bahwa tingkat kesejahteran petani yang melaksanakan usaha peternakan sapi perah lebih baik dari pada yang bukan peternak, sekalipun usaha mereka belum efisien dalam berproduksi. Keempat, masalah utama dari usaha peternakan di desa ini , adalah jumlah populasi ternak per keluarga yang masih kecil, yaitu rata-rata 3 ekor dan relatif tingginya persentase biaya konsentrat dibanding dengan harga susunya. Kelima, untuk memperbaiki kinerja ekonomi peternakan sapi perah di perdesan, upaya-upaya berikut dapat dipertimbangkan untuk dilakukan, yaitu: (1) perbaikan genitis sapi, (2) perbaikan pemberian makanan dalam anti penyediaan makanan yang cukup, berimbang dan bergizi, dan (3) peningkatan populasi sapi minimal menjadi 6 ekor per peternak.
Dari upaya-upaya tersebut, upaya yang terakhir dapat dilakukan apabila harga susu dan harga konsentrat dapat mencapai perimbangan yang baik. Demikian dari keseluruhan pengaruh-pengaruh yang dapat meningkatkan pendapatan peternak sapi perah.
Sebelum kondisi tersebut dapat dicapai, upaya-upaya yang disarankan untuk dilakukan ialah tetap dipertahankan jumiah ternak yang ada sekarang, yaitu 3 ekor per peternak, tetapi pada waktu yang sama diikuti dengan upaya peningkatan produktivitas dan kualitas hasilnya, melalui perbaikan budidaya rumput, pembuatan hay, sillase, urea mollases block dan perbaikan mutu makanan konsentrat Di samping itu, juga disarankan tindakan inseminasi buatan dan transfer embrio.
Perpustakaan Digital ITB