digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Limbah organik terdiri dari substansi karbon dan nitrogen, diindikasikan sebagai rasio karbon:nitrogen (C:N), yang menentukan karakteristik limbah dalam proses dekomposisi. Metode konvensional dalam pengolahan limbah organik yang terakumulasi dapat memicu peningkatan gas rumah kaca sebagai produk samping proses dekomposisi. Metode alternatif yang sedang dikembangkan untuk mereduksi gas rumah kaca selama dekomposisi adalah vermicomposting dengan larva black soldier fly (BSF). Larva BSF menguraikan limbah organik melalui proses mekanik dan enzimatis dari pencernaan larva serta bantuan mikrobiom usus larva. Namun, belum diketahui pengaruh pemberian limbah dengan rasio C:N berbeda terhadap pertumbuhan larva BSF serta profil komunitas dan diversitas mikroba usus larva BSF. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk (1) menentukan pengaruh pemberian substrat dengan variasi C:N berbeda terhadap perkembangan larva BSF; (2) menentukan pengaruh pemberian substrat dengan variasi C:N berbeda terhadap profil komunitas bakteri usus larva BSF, dan (3) menentukan diversitas bakteri usus larva BSF pada substrat dengan variasi C:N berbeda. Pada percobaan ini, limbah yang digunakan antara lain ampas tahu (C:N = 28.69:1), sayur kangkung (C:N = 32.84:1), limbah nasi (C:N = 27.28:1) sebagai variasi limbah homogen dengan 3 replikasi biologis, serta digunakan 3 limbah rumah tangga (C:N = 15.71:1, 18.86:1, 24.97) yang diambil secara acak tanpa replikasi (N=11). Kemudian dilakukan isolasi DNA dari usus larva (n=5) untuk dilakukan sekuensing dengan Next Generation Sequencing menargetkan 16S rRNA untuk mengetahui profil komunitas bakteri. Berdasarkan massa larva, pertumbuhan tertinggi diperoleh pada larva yang dipelihara pada substrat ampas tahu, (0.26 gram/ekor), kemudian pada sampah 2 (0.22 gram/ekor), pada kangkung (0.123/ekor), pada substrat nasi (0.053 gram/ekor), substrat sampah 3 (0.11 gram/ekor), dan terendah pada substrat sampah 1 (0,003 gram/ekor). Kemampuan larva untuk mereduksi substrat organik berdasarkan waste reduction index (WRI) tertinggi teramati pada nasi (2.40%), kemudian sampah 2 (1.72%) sampah 1 (1.43%), ampas tahu (1.19%), kangkung (1.16%), serta terendah pada sampah 3 (0.55%). Efisiensi konversi pakan tertinggi teramati pada larva yang dipelihara di sampah 3 (0.48%), kangkung (0.45%), ampas tahu (0.32%), sampah 2 (0.19%), dan terendah pada nasi (0.034%) serta sampah 1 (0.011%). Pada isolat DNA usus larva BSF yang dipelihara di kelima substrat (ampas tahu, limbah kangkung, limbah nasi, sampah 1, sampah 3), diperoleh konsentrasi DNA pada rentang 32.2-118.1 ng/?l, serta diperoleh rentang kemurnian isolat DNA sebesar 1.58-2 berdasarkan rasio A260/A280. Berdasarkan tinjauan literatur diperoleh bahwa filum Proteobacteria dan Firmicutes akan semakin dominan pada limbah dengan rasio C:N lebih rendah dan filum Bacteroidetes semakin dominan pada limbah dengan rasio C:N lebih tinggi. Diversitas bakteri usus larva dipengaruhi oleh komposisi kimia yang terkandung dalam limbah organik sebagai substrat pakan larva.