digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Mikha
PUBLIC Alice Diniarti

Bambu betung (Dendrocalamus asper) merupakan tumbuhan cepat tumbuh yang memiliki sifat fisis dan mekanis yang cukup untuk mengganti penggunaan kayu, tetapi memiliki keterawetan yang rendah sehingga perlu ada penanganan lebih lanjut. Maka dari itu, dilakukan penelitian mengenai beberapa metode pengawetan dan konsentrasi bahan pengawet yang mudah diterapkan, serta pengaruh posisi bambu saat pengawetan. Batang bambu betung bagian ruas (internode) dan buku (node) diawetkan dengan larutan pengawet borak-borik (2:1). Konsentrasi larutan pengawet borak-borik yang dipakai adalah 3%, 5%, dan 8%. Metode pengawetan yang dilakukan yaitu perendaman dingin selama 7 hari; perendaman panas-dingin dan perebusan pada suhu 90? selama 3 jam, lalu pendinginan selama 24 jam; serta vakum tekan dengan tekanan 7,4 kgf/cm2 (105,24 psi) selama 60 menit. Evaluasi pengawetan bambu dilakukan dengan menganalisis retensi dan penetrasi. Analisis penetrasi yang digunakan adalah berdasarkan persentase luas permukaan melintang dan distribusi penetrasi dari arah luar, dalam, kiri, serta kanan pada permukaan melintang. Hasil analisis menunjukkan seiring bertambahnya konsentrasi larutan borak-borik (2:1) yang digunakan akan meningkatkan retensi, dengan nilai 5,06-16,57 kg/m3, dan penetrasi dengan nilai 60,17-86,11%. Berdasarkan metode pengawetannya, perendaman dingin, perebusan, perendaman panas-dingin, dan vakum tekan memiliki nilai retensi 4,14 kg/m3, 6,27 kg/m3, 14,54 kg/m3, dan 17,81 kg/m3, sedangkan nilai penetrasinya adalah 44,00%, 46,72%, 80,03%, dan 100,00%, secara berurutan. Distribusi dari bahan pengawet pada penampang melintang menunjukan bagian dalam bambu memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dari pada bagian luar pada seluruh perlakuan, kecuali pada metode perendaman dingin yang konsentrasi pengawetnya tersebar di keliling penampang. Bambu betung yang diawetkan dengan perendaman panas-dingin, perebusan, dan vakum tekan telah memenuhi Indian Standard 9096:2006 sebagai bahan konstruksi tertutup, sedangkan dengan perendaman dingin hanya dapat memenuhi standard sebagai kusen. Berdasarkan standard nilai penetrasi ABNT NBR 6232:2013, metode perendaman dingin dan perebusan termasuk dalam kelas 2 (penetrasi 26-50%), sedangkan metode perendaman panas-dingin dan vakum tekan termasuk dalam kelas 4 (penetrasi >75%).