2007 TA PP NARITA PERWITASARI 1-COVER.pdf
2007 TA PP NARITA PERWITASARI 1-BAB 1.pdf
2007 TA PP NARITA PERWITASARI 1-BAB 2.pdf
2007 TA PP NARITA PERWITASARI 1-BAB 3.pdf
2007 TA PP NARITA PERWITASARI 1-BAB 4.pdf
2007 TA PP NARITA PERWITASARI 1-BAB 5.pdf
2007 TA PP NARITA PERWITASARI 1-BAB 6.pdf
2007 TA PP NARITA PERWITASARI 1-PUSTAKA.pdf
Abstrak:
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan pasien rawat inap dan perawat terhadap pelayanan konseling obat dan jenis informasi obat yang dibutuhkan, serta membuat perangkat pelayanan konseling. Penelitian diawali dengan studi pendahuluan, penetapan ruang rawat inap yang diteliti, penyusunan dan penyebaran kuesioner, pengambilan data obat dari resep, analisis data, pembuatan perangkat konseling, dan penyusunan prosedur pelaksanaan konseling. Dari analisis kuesioner diperoleh hasil sebagai berikut: sebanyak 100persen pasien merasa tidak pernah mendapat konseling; sebanyak 55,59persen pasien di kedua ruang rawat inap dan 93,92persen perawat instalasi rawat inap menyatakan bahwa konseling sangat diperlukan; waktu konseling yang paling baik menurut 72,62persen pasien adalah pukul 09.00-12.00; durasi konseling yang sebaiknya diberikan adalah 15 menit menurut 32,96persen pasien; jenis informasi obat yang diperlukan pasien adalah khasiat obat (26,04persen), cara penggunaan obat (21,90persen), efek samping obat (21,89persen), dosis obat (19,58persen), dan lain-lain (penanganan efek samping, reaksi alergi, penyakit dan tanda-tanda kesembuhannya, merek obat) sebanyak 10,59persen. Perawat membutuhkan informasi cara mengonsumsikan obat (21,62persen), indikasi dan kontraindikasi (20,27persen), efek samping dan efek toksik (18,24persen), cara penyiapan obat (17,57persen), serta interaksi obat (16,22persen). Metode yang tepat dalam memberi konseling obat menurut 65,92persen pasien dan 81,76persen perawat adalah dengan konseling individual. Dari penelitian juga dihasilkan perangkat konseling yang terdiri dari prosedur pelayanan konseling, formulir konseling obat, angket kepuasan pasien terhadap pelayanan konseling, serta daftar obat yang digunakan sebagai acuan untuk membuat database informasi obat. Berdasarkan hasil analisis kuesioner, konseling sangat dibutuhkan oleh pasien. Informasi yang diperlukan oleh pasien dan perawat dapat dijadikan acuan dalam mempersiapkan database informasi obat yang tepat untuk memenuhi kebutuhan pasien dan perawat terhadap informasi tersebut. Peran apoteker sebagai pemberi konseling obat masih kurang dikenal oleh pasien dan perawat, sehingga apoteker harus mensosialisasikan dan berperan aktif dalam melaksanakan pelayanan tersebut. Perawat dapat membantu pelayanan konseling obat, tetapi harus mendapatkan pendidikan dan pelatihan tentang obat terlebih dahulu dari apoteker.
Perpustakaan Digital ITB