digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Michael Patuan Radja Dps
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Michael Patuan Radja Dps
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Michael Patuan Radja Dps
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Michael Patuan Radja Dps
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Michael Patuan Radja Dps
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Michael Patuan Radja Dps
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Michael Patuan Radja Dps
PUBLIC Alice Diniarti

Penelitian ini membandingkan fermentasi asam sitrat menggunakan jamur Aspergillus niger melalui metode fermentasi terendam (SmF) dan fermentasi fase padat (SSF). Ampas singkong dari limbah industri tapioka yang mengandung karbohidrat tinggi dimanfaatkan sebagai substrat dalam fermentasi menggunakan jamur Aspergillus niger (ITBCC L74). Pengaruh ukuran partikel substrat terhadap perolehan asam sitrat pada kedua metode fermentasi dievaluasi. Selain itu, sejumlah agen pengendap yaitu CaCl2, Ca(OH)2, CaCO3 digunakan dalam pemisahan produk asam sitrat dari kaldu fermentasi untuk menentukan cara pengendapan asam sitrat yang efektif. Percobaan fermentasi asam sitrat menunjukkan ukuran partikel substrat paling kecil, yakni 60 mesh (< 0,25 mm) mampu memberikan pengaruh peningkatan perolehan asam sitrat yang paling besar dibandingkan substrat yang diiris kasar atau berbentuk bubuk kasar untuk kedua metode fermentasi. Fermentasi fase padat menjadi metode fermentasi yang lebih baik dibandingkan fermentasi terendam karena memberikan kecenderungan pembentukan asam sitrat yang lebih tinggi dalam waktu lebih singkat. Hasil penelitian ini menunjukkan potensi pengembangan produksi asam sitrat berbasis fermentasi fase padat dengan memanfaatkan limbah agroindustri di Indonesia.