digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK ROSI NUR AZIZAH
PUBLIC Latifa Noor

COVER ROSI NUR AZIZAH
EMBARGO  2025-03-06 

PUSTAKA ROSI NUR AZIZAH
PUBLIC Latifa Noor

BAB1 ROSI NUR AZIZAH
EMBARGO  2025-03-06 

BAB2 ROSI NUR AZIZAH
EMBARGO  2025-03-06 

BAB3 ROSI NUR AZIZAH
EMBARGO  2025-03-06 

BAB4 ROSI NUR AZIZAH
EMBARGO  2025-03-06 

BAB5 ROSI NUR AZIZAH
EMBARGO  2025-03-06 

Alzheimer (AD) adalah penyakit neurodegeneratif yang memiliki gejala berupa kegagalan pemikiran, ingatan, dan bahasa secara progresif. AD secara lebih spesifik ditandai dengan terbentuknya akumulasi plak neuritik dari peptida ?-amiloid (A?) dan neurofibrillary tangles (NFT) yang disebabkan hiperfosforilasi protein tau. AD sering menyerang orang lanjut usia. Persentase penderita AD setiap tahun mengalami peningkatan. Masalah terkait AD sangat kompleks di antaranya menghabiskan banyak biaya dalam penanganannya, etiologi tidak jelas, dan pengobatan yang tersedia memiliki efek samping pada pasien. Jenis pengobatan untuk AD yang disetujui oleh FDA adalah golongan N-metil-D-aspartat (NMDA) contohnya memantine serta inhibitor asetilkolinesterase contohnya donepezil, rivastagmine, dan galantamine. Inhibitor asetilkolinesterase merupakan jenis obat yang banyak digunakan untuk merawat pasien AD. Prinsip kerja obat tersebut adalah inhibisi enzim asetilkolinesterase. Asetilkolinesterase bekerja mengatalisis reaksi hidrolisis asetilkolin menjadi kolin dan asetat. Kandidat inhibitor diharapkan bisa menjadi obat yang dapat memberikan manfaat terapeutik bagi pasien dan lebih ramah lingkungan dibandingkan obat komersial. Pengobatan back to nature sedang menjadi tren, termasuk dalam mengatasi AD. Obat-obatan herbal banyak dieksplorasi untuk meminimalkan efek samping yang terjadi pada pasien. Teh merupakan minuman herbal yang banyak dikonsumsi dan digemari oleh masyarakat dunia. Selain itu, teh kaya senyawa bioaktif yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Teh hitam merupakan produk fermentasi dari daun teh. Teh hitam mengalami oksidasi enzimatis yang menyebabkan warna dan aromanya khas. Penelitian ini memiliki urgensi mengeksplorasi senyawa bioaktif alami dari teh hitam sebagai inhibitor asetilkolinesterase dengan efisien, ekonomis, dan low risk. Teh sebagai inhibitor asetilkolinesterase pernah diteliti sebelumnya. Akan tetapi, penelitian terkait teh hitam sebagai inhibitor asetilkolinesterase masih belum pernah dilakukan. Penelitian ini memiliki tujuan, yaitu (1) memperoleh kandidat inhibitor asetilkolinesterase dari teh hitam dan mengaji interaksinya menggunakan metode in silico, (2) mendapatkan senyawa bioaktif teh hitam asal Indonesia yang memiliki aktivitas inhibisi terhadap enzim asetilkolinesterase secara in vitro, dan (3) mengetahui daya inhibisi senyawa bioaktif teh hitam asal Indonesia dan inhibitor standar donepezil terhadap enzim asetilkolinesterase. Tahap-tahap penelitian yang dilakukan sebagai berikut. (1) Identifikasi profil inhibisi kandungan senyawa bioaktif teh hitam menggunakan metode molecular docking, (2) Ekstraksi teh hitam dengan metode maserasi menggunakan etanol 70%, (3) Pemisahan senyawa bioaktif teh hitam dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Kualitatif, (4) Pemisahan senyawa bioaktif teh hitam dengan Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP), (5) Uji aktivitas inhibisi senyawa bioaktif teh hitam terhadap enzim asetilkolinesterase, dan (6) Elusidasi struktur senyawa bioaktif teh hitam dengan menggunakan instrumen LC-MS/MS. Pada penelitian ini, teh hitam yang digunakan untuk studi in vitro adalah Teh Hitam Wonosari dan Teh Hitam Bogor. Kedua teh tersebut berasal dari provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat, Indonesia. Hasil molecular docking menunjukkan bahwa senyawa-senyawa bioaktif teh hitam yang memiliki kemampuan inhibisi terhadap asetilkolinesterase terbaik yaitu theaflagallin, epicatechin gallate, epigallocatechin gallate, neotheaflavin, dan epicatechin. Nilai prediksi Ki yang didapatkan dari masing-masing senyawa secara berurutan yaitu 2.06x10?10; 1.08x10?9; 1.30x10?9; 6.83x10?9; dan 1.19x10?8. Theaflagallin dan neotheaflavin merupakan dua senyawa memiliki keberadaan khas dalam teh hitam. Interaksi kedua senyawa tersebut terhadap asetilkolinesterase yang terbentuk secara umum adalah ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik. Oleh sebab itu, sifat inhibisi yang terjadi adalah reversible. Analisis Probability activity (Pa) menunjukkan jika senyawa bioaktif teh hitam belum dieksplorasi sebagai inhibitor asetilkolinesterase. Maka dari itu, teh hitam memiliki peluang dan bisa dijadikan terobosan baru untuk dieksplorasi lebih lanjut sebagai inhibitor asetilkolinesterase. Profil lima senyawa bioaktif teh hitam tersebut jika ditinjau dari Aturan Lipinski dapat dijadikan sebagai kandidat obat non-oral. Hasil uji in silico kemudian dikonfirmasi dengan uji in vitro. Studi in vitro memberikan hasil ekstrak kental yang didapatkan untuk Teh Hitam Wonosari dan Teh Hitam Bogor masing-masing 5,00 g dan 5,99 g. Eluen terbaik yang dapat memisahkan senyawa bioaktif dari masing-masing ekstrak kental adalah etil asetat:asam format:metanol:air 40:1:5:4 (v/v/v/v). Hasil pemisahan yang didapatkan dari Teh Hitam Wonosari dan Teh Hitam Bogor masing-masing 15 noda dan 14 noda. Senyawa yang berhasil memisah dalam noda-noda tersebut diuji inhibisi. Senyawa bioaktif teh hitam memiliki kemampuan menurunkan aktivitas enzim asetilkolinesterase. Daya inhibisi terbaik didapatkan dari ITB_TW_2, ITB_TW_6, ITB_TW_8, ITB_TW_15, ITB_TB_1, ITB_TB_7, ITB_TB_8, dan ITB_TB_14. Pada konsentrasi enzim 1 mU/mL, semua sampel tersebut memberikan nilai inhibisi lebih baik dibandingkan donepezil sebagai obat komersial Alzheimer. Hasil LC-MS/MS menunjukkan bahwa masing-masing sampel merupakan campuran. Senyawa bioaktif yang terkandung dalam teh hitam memiliki kemampuan inhibisi terhadap asetilkolinesterase dan dapat dijadikan kandidat obat potensial pengganti donepezil.