Kapasitas spesifik teoritis yang tinggi menjadikan silikon sebagai anoda yang
menjanjikan untuk baterai litium-ion. Sayangnya, silikon mengalami perubahan
volume berulang yang signifikan saat charge-discharge, hingga 300%. Ekspansi
volume ini menyebabkan anoda retak dan hancur, hal ini mengakibatkan
pembentukan lapisan solid electrolyte interface yang berlebihan. Konduktivitas
silikon yang rendah juga dapat menghambat proses litiasi/delitiasi. Hal ini dapat
mengakibatkan menurunnya kapasitas dan stabilitas yang buruk saat chargedischarge. Untuk mengatasi masalah tersebut dapat dengan pembentukan struktur
silikon nanowire dan pelapisan dengan polimer konduktif.
Pada penelitian ini dilakukan sintesis silikon nanowire dengan metode Metal
Assisted Chemical Etching menggunakan katalis perak (Ag). Optimasi waktu etsa
dilakukan untuk mendapatkan struktur nanowire dan proses yang paling optimal.
Silikon nanowire yang diproses selama 120 menit dengan silikon wafer tipe-p
kemudian dilapisi dengan polianilin yang dipolimerisasi dengan metode
polimerisasi oksidatif. Karakterisasi Scanning Electron Microscope menunjukkan
terbentuknya struktur nanowire dan terlapisi polianilin di permukaan nanowirenya, dengan tinggi nanowire 14 ?m. Karakterisasi Fourier-Transform Infrared
Spectroscopy dan X-ray Diffraction menunjukkan terbentuknya polianilin di
sampel silikon nanowire, tanpa adanya impuritas. Kemudian anoda silikon
nanowire-polianilin dirangkai menjadi baterai ion litium setengah sel. Performa
elektrokimia dari anoda diuji dengan Electrochemical Impedance Spectroscopy
(EIS) dan Battery Analyzer. Karakterisasi EIS membuktikan dengan anoda silikon
nanowire-polianilin dapat meningkatkan konduktivitas dari baterai. Pengujian rate
capability baterai dengan anoda silikon nanowire-polianilin dapat mempertahankan
kapasitasnya hingga arus paling tinggi, 2 mA/cm2
. Secara umum dengan
pembentukan struktur silikon nanowire dan pelapisan polianilin dapat
meningkatkan performa elektrokimia dari baterai ion litium.