BAB 1 Marcelino Putra Perdana
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Marcelino Putra Perdana
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Marcelino Putra Perdana
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Marcelino Putra Perdana
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Marcelino Putra Perdana
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Marcelino Putra Perdana
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Larva lalat tentara hitam merupakan jenis larva serangga yang banyak dikultivasi sebagai agen remediasi limbah organik. Larva tersebut diketahui memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap perubahan faktor lingkungannya, salah satunya laju aerasi. Oleh karena itu, dirancang sebuah sistem yang dinamakan Sarang Lalat Modular yang dilengkapi dengan sistem instrumentasi untuk mengoptimalkan pertumbuhan larva. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh laju aerasi terhadap pertumbuhan, perolehan, dan produktivitas larva, nilai efisiensi asimilasi, efisiensi biokonversi substrat, indeks pengurangan limbah, serta komposisi nutrisi dari biomassa larva yang dihasilkan. Perlakuan laju aerasi divariasikan sebesar 0– 32 m3/s. Kultivasi dilakukan menggunakan substrat campuran ampas kelapa dan ampas tahu (1:1) pada Sarang Lalat Modular selama 27–30 hari dengan rentang temperatur 20,99–38,93°C, kelembaban udara 37,45–93,54%, dan intensitas cahaya 3,90–25.469,02 lux. Kondisi lingkungan kultivasi diakusisi oleh sensor dan tersimpan dalam Raspberry Pi secara real-time menggunakan bahasa pemrograman Arduino dan Python. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan adanya perlakuan laju aerasi 32 m3/s dapat mengoptimalkan pertumbuhan berat basah dan panjang larva cukup signifikan secara statistik (p < 0,05) dengan nilai laju pertumbuhan secara berturut-turut sebesar 2,16±0,0889 mg/larva/hari dan 0,61±0,0036 mm/hari. Pemberian perlakuan laju aerasi 32 m3/s juga dapat meningkatkan produktivitas biomassa kering larva hingga mencapai 45,61±3.6893 g/m2.hari. Larva yang dikultivasi pada laju aerasi 32 m3/s menunjukkan kecernaan substrat limbah organik yang paling optimum dengan nilai efisiensi asimilasi, efisiensi biokonversi substrat, dan indeks pengurangan limbah secara berturut-turut sebesar 47,33±0,5054%, 24,20±1,9824%, dan 1,75±0,0187, walaupun pengaruhnya kurang signifikan berdasarkan uji statistik (p > 0,05) terhadap kecernaan substrat oleh larva. Berdasarkan hasil uji proksimat, biomassa larva memiliki kadar protein, lemak, abu, pati, dan serat secara berturut-turut sebesar 6,38%, 32,28%, 4,25%, 4,15%, dan 19,36%. Kandungan asam amino esensial dalam biomassa larva LTH didominasi oleh leusin (8,24%), lisin (7,32%), dan valin (6,85%). Lipid yang dihasilkan dari biomassa larva LTH tersebut juga mengandung asam lemak yang terdiri dari asam laurat (61,68%), asam miristat (8,91%), dan asam linoleat (8,53%).