Tingginya laju pertumbuhan penduduk di Kota Bandung berbanding lurus dengan
tingginya angka kebutuhan hunian. Lahan yang semakin padat menjadikan hunian
vertikal sebagai salah satu solusi penyediaan hunian bagi masyarakat. Pertumbuhan
penduduk ini juga berdampak negatif kepada lingkungan, salah satunya adalah
meningkatnya pencemaran sungai. Data menyebutkan semakin tinggi jumlah
penduduk, semakin tinggi beban pencemaran yang diberikan terhadap sungai setiap
harinya, termasuk Sungai Cikapundung yang berada di pusat Kota Bandung. Upaya
pemerintah melalui program Citarum Harum, belum cukup signifikan dalam
mengurangi angka pencemaran sungai. Tingginya limbah domestik yang dihasilkan
rumah tangga memerlukan penanganan dari berbagai aspek, termasuk dari aspek
pembangunan. Pendekatan water-sensitive design pada bangunan serta kawasan
mencoba menangani pengolahan air pada suatu kawasan, baik sumber air bersih,
air bekas, air limbah dan air hujan, sehingga air tersebut dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin secara mandiri dalam suatu kawasan tanpa membebani
lingkungan sekitarnya. Melalui penerapan water-sensitive design pada desain
diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan lingkungan, terutama pencemaran
sungai. Tujuan dari tesis ini adalah untuk merancang kawasan tepi sungai yang
semula kawasan padat penduduk menjadi hunian kampung vertikal dengan
pendekatan water-sensitive design sebagai upaya mengurangi permasalahan
pencemaran sungai akibat limbah domestik. Fokus utama perancangan ini adalah
(1) pengelolaan dan pemanfaatan air hujan dengan sistem penampungan serta
filterisasi, (2) tata kelola sistem limbah domestik untuk mengurangi angka
pencemaran pada sungai, serta (3) sistem zero runoff melalui optimalisasi resapan
melalui penggunaan bioswale, rain garden dan kolam retensi. Melalui pendekatan
tersebut diharapkan perancangan hunian kampung vertikal ini dapat menjadi salah
satu solusi bagi permasalaan lingkungan.