Kunci dasar seorang muslim mampu membaca Al-Qur’an adalah dengan mengenali
huruf hijaiyah terlebih dahulu sejak usia dini. Akan tetapi, melalui metode belajar
klasikal yang umum digunakan, masih belum cukup memfasilitasi proses
pembelajaran yang optimal. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai
problematika pada anak seperti kurangnya atensi anak dalam belajar serta sering
tertukarnya fonologi huruf hijaiyah. Oleh karena itu diperlukan suatu metode dan
media lain sebagai alternatif yang dapat memfasilitasi proses belajar yang ringan
dan menyenangkan salah satunya melalui animasi edutainment. Penelitian ini
bertujuan untuk merancang animasi edutainment yang bisa meningkatkan
kemampuan mengenali dan membaca huruf hijaiyah anak usia dini. Metode dalam
perancangan ini menggunakan metode relevancy yang terdiri dari aspek konten,
aspek model pembelajaran dan aspek media yang saling terhubung dan berkaitan.
Ketiga aspek tersebut memuat pengenalan 29 huruf hijaiyah yang disampaikan
melalui animasi 3D menggunakan metode bunyi (thariqah shautiyyah) lewat
asosiasi huruf hijaiyah dengan karakterisasi binatang. Tahapan dalam perancangan
ini melingkupi tahapan design thinking yang bersifat kualitatif deskriptif dimulai
dari tahapan emphatize, define, ideate, prototyping, dan user testing. Proses
pengumpulan data dilakukan melalui studi literatur, wawancara dan observasi.
Temuan berdasarkan studi literatur dan animasi terdahulu didapatkan data bahwa
maraknya lagu anak (nursery rhymes) yang melingkupi elemen 3R’s (rhymes,
rhythm dan repetition) menjadi sebuah elemen yang harus masuk dalam
perancangan media animasi edutainment sehingga materi dapat diterima dengan
baik oleh anak. Proses penyampaian rhymes, rhythm dan repetition pada animasi
ini dilakukan melalui serangkaian visual storytelling yang meliputi tiga elemen
yaitu: elemen narasi, elemen visual dan elemen suara. Elemen narasi menggunakan
gaya bercerita yang disampaikan oleh dialog karakter dengan karakter, dialog
karakter dengan binatang serta penokohan. Elemen suara menggunakan musik latar,
rhymes, rhythm dan repetition sebagai strategi untuk mengingat materi, sedangkan
elemen visual melingkupi sinematografi, mise-en-scene dan penggayaan visual
animasi 3D berjenis kartun.