Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali.
Sel kanker memiliki kemampuan untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik
dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan
migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis).
Urokinase-type plasminogen activator (uPA) merupakan kelompok enzim serine
protease yang berperan penting dalam proses regulasi fisiologis dan patologis.
Pengikatan uPA dengan membran spesifik reseptor uPA (uPAR) dapat mendegradasi
matriks ekstralseluler (ECM) dan menyebabkan progresi sel tumor, invasi, dan
metastasis. Penelitian penghambatan aktivitas uPA dinilai dapat meningkatkan
efisiensi terapi kanker. Pengobatan kanker selama ini dilakukan dengan kemoterapi,
imunoterapi, terapi hormon atau radiasi. Uji dua obat sintetik inhibitor uPA, yaitu paminobenzamidin dan amilorida, terbukti dapat menurunkan tumor prostat.
Doxorubicin, salah satu antibiotika golongan antrasiklin, digunakan sebagai obat terapi
kanker. Meskipun banyak obat-obat sintetik lain yang digunakan untuk terapi kanker,
namun obat sintetik dapat menginduksi kanker sekunder. Senyawa bahan alam dan
turunannya dapat menjadi alternatif obat sintetik. Senyawa bahan alam dan analognya
banyak digunakan dalam penemuan obat baru dengan memanfaatkan diversitas
struktur kimianya.
Penemuan obat antikanker dapat dilakukan melalui pencarian senyawa aktif atau
penapisan secara acak calon senyawa obat dari suatu basis data berdasarkan target
makromolekul spesifik pada jaringan kanker. Penapisan virtual berbasis struktur
(structure-based virtual screening, SBVS) dari Database Herbal Indonesia (HerbalDB)
menggunakan model farmakofor berbasis struktur, digunakan untuk mengidentifikasi
dan mendesain inhibitor poten terhadap target enzim uPA. Verifikasi model farmakofor
menggunakan Demanding Evaluating Kits for Objective In Silico Screening database
(Dekois 2.0). Model farmakofor yang tervalidasi dan 1412 ligan dari HerbalDB diinput
secara online ke Pharmit (http://pharmit.csb.pitt.edu) dan digunakan aturan Lipinski
dalam melakukan penapisan virtual.
Senyawa hits yang dihasilkan ditentukan skor penambatan (skor S) menggunakan
protokol penambatan molekul Moleculer Operating Environtment (MOE 2009.10).
Validasi program penambatan molekul menggunakan pengecoh (decoys) dari A
Directory of Useful Decoys (DUD) yang terdiri dari 162 senyawa aktif dan 9840
senyawa pengecoh (decoys). Ditentukan senyawa dengan skor S yang lebih negatif
dibandingkan dengan senyawa lain, dan ditentukan interaksi ikatannya dengan residu
asam amino. Prediksi farmakokinetika senyawa hits menggunakani website pkCSM.
Kestabilan kompleks senyawa - enzim uPA hasil penambatan molekul, ditentukan
dengan simulasi dinamika molekul (molecular dynamics atau MD). Simulasi dilakukan
hingga sistem berada dalam keadaan stabil (berdasarkan analisis energi, tekanan,
temperatur, Root Mean Square Deviation (RMSD) dan Root Mean Square Fluctuation
(RMSF). Energi bebas pengikatan ditentukan dengan perhitungan Molecular
Mechanics-Poisson Boltzmann Surface Area (MM-PBSA).
Salah satu pengembangan senyawa bahan alam sebagai kandidat obat dapat dilakukan
melalui pembentukan senyawa analog atau turunannya. Quercetin (3,3’,4’,5’7-
pentahidroksiflavon) terdapat pada sayuran dan buah-buahan seperti brokoli dan apel,
telah diteliti untuk pencegahan atau pengobatan penyakit kanker. Asetilasi dari
senyawa hit quercetin, merupakan salah satu pembentukan analog yang dapat
meningkatkan bioavailabiltas. Asetilasi menggunakan pereaksi anhidrida asetat dan
katalisator natrium asetat selama 2 jam pada suhu 0 ?C untuk mensintesis 3,3’,4’,7-
tetraacetylquercetin (Senyawa 1) dan pereaksi anhidrida asetat dan katalisator piridin
selama 6 jam pada suhu kamar untuk mensitesis 3,3’,4’,5,7-pentaacetylquercetin
(Senyawa 2). Karakterisasi produk sintesis diidentifikasi dengan FT-IR, ESI-MS, dan
spektroskopi 1H- dan 13C-NMR. Penambatan molekul, visualisasi hasil penambatan,
prediksi farmakokinetika, simulasi diamika molekul, dan perhitungan energi
pengikatan berdasarkan MM-PBSA terhadap analog senyawa 1 dan 2 telah dilakukan.
Uji in vitro inhibitor uPA senyawa hasil penambatan dan kedua senyawa analog
dilakukan dengan menggunakan metode spektrofluorometri berdasarkan pemutusan 7-
amino-4-trifluorometilcoumarin (AFC) dengan basis substrat membentuk AFC yang
berfluoresensi (?ex = 350 nm/?em = 450 nm). Nilai % Inhibisi Relatif merupakan hasil
dari intensitas fluoresensi terhadap waktu dalam rentang waktu tertentu (setiap 5
menit). Perhitungan nilai IC50 dilakukan dengan menggunakan kurva sigmoid dengan
nilai slope berdasarkan Hill coefficient.
Hasil verifikasi farmakofor menunjukkan Model _3 yang menurut skema PCH terdiri
dari empat fitur farmakofor, yaitu dua cincin aromatik (F1 dan F2), kation donor ikatanH (F3), dan ligator logam S (F4) yang memenuhi persyaratan pemodelan farmakofor
dengan skor hit Enrichment Factor (EF), Goodness of Hit Score (GH), sensitivitas, dan
spesifisitas yaitu 2,48; 0,723; 0,6; dan 0,94. Oleh karena itu Model_3 dapat digunakan
untuk penapisan virtual untuk mendapatkan senyawa hits. Penapisan virtual
menghasilkan 72 senyawa hits. Validasi penambatan molekul dengan redocking
menunjukkan nilai RMSD 0,5174, Area Under the Curve (AUC) 0,709 dan EF-1%
61,74. Empat senyawa hits dengan skor S yang lebih negatif dibandingkan senyawa
lain, yaitu isorhamnetin, rhamnetin, quercetin dan kaempferol (-129,64; -128,37; -
126,03 dan -116,83 kkal/mol) merupakan golongan flavonol. Isorhamnetin dan
rhamnetin adalah senyawa O-metil flavonol (3’-metoksi quercetin dan 7-metoksi
quercetin) dan Kaempferol adalah 3,4’,5,7-tetrahidroksiflavon. Prediksi
farmakokinetika isorhamnetin dan rhamnetin lebih mudah diabsorbsi, didistribusikan,
dan diekskresikan dibandingkan dua senyawa hits lainnya. Metabolisme keempat
senyawa sebagai inhibitor enzim metabolisme CYP1A2 dan nilai toksisitas LD50 <
5000 mg/kg (berbahaya bila tertelan). Nilai RMSD rata-rata terendah selama waktu
simulasi adalah 1,97 ± 0,10 untuk Isorhamnetin. Nilai RMSD dan RMSF dari simulasi
dinamika molekular menunjukkan bahwa kompleks uPA-senyawa dalam keadaan
stabil, fluktuasi keempat senyawa dengan residu Cys43 dan Trp44 dimana quercetin
menunjukkan nilai RMSF-nya terkecil. Energi bebas pengikatan isorhamnetin,
rhamnetin, dan kaempferol lebih tinggi dibandingkan quercetin.
Hasil sintesis senyawa 1 dan 2 dimurnikan menggunakan metode kromatografi kolom
klasik dan KLT. Dihasilkan kristal putih kekuningan dengan rendemen senyawa 1 dan
2 sebesar 41,37 % dan 46,05%. Titik leleh senyawa 1 dan 2 adalah 159-161,1 ?C dan
172-174,3 ?C. Identifikasi senyawa 1 dilakukan dengan kromatografi kolom, KLT, dan
KLT dua dimensi. Senyawa 2 dimurnikan dengan etil asetat dan diidentifikasi dengan
KLT. Dari identifikasi dengan FT-IR, senyawa 1 menunjukkan adanya puncak pada
3994 cm-1
yang menunjukkan adanya gugus OH, tetapi tidak muncul pada senyawa 2.
Spektrum 1H-NMR senyawa 1 pada H-6, 8, 5’, 6’, 2’, CH3, dan OH. Spektrum 13CNMR menunjukkan sinyal karbon dengan empat sinyal karbonil dan metil. Spektrum
1H-NMR senyawa 2 pada H-6, 8, 5’, 6’, 2’, dan CH3. Spektrum 13C-NMR sinyal karbon
teramati lima sinyal karbonil dan metil. Hasil spektroskopi massa (ESI-MS) senyawa
1 ditunjukkan pada m/z C23H18O11 terhitung [M+Na]+
493,38 dan senyawa 2
ditunjukkan pada m/z C25H20O12 terhitung [M+Na]+
535,09. Nilai skor S kedua
senyawa lebih rendah dari quercetin karena berkurangnya ikatan hidrogen dari gugus
OH. Prediksi absorbi, distribusi, dan ekskresi kedua senyawa lebih baik bila
dibandingkan dengan quercetin. Senyawa 1 dan 2 diprediksi sebagai inhibitor dan non
inhibitor CYP1A2 dan nilai toksisitas LD50 < 5000 mg/kg.
Hasil uji in vitro inhibitror uPA, quercetin, senyawa 1, dan 2 menunjukkan slope yang
memenuhi persyaratan, yaitu diantara 1,30 - 2,31. Respon berhubungan dengan slope
dan konsentrasi, bila slope meningkat, maka konsentrasi bertambah besar. Nilai IC50
senyawa 1 dan 2 lebih negatif dibandingkan dengan quercetin sebagai senyawa induk
dan ketiga senyawa hits lainnya. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa
senyawa 2 (3,7,3’,4’,5-pentaasetil quercetin) paling kuat menghambat enzim uPA dan
dapat dikembangkan dalam desain struktural sebagai inhibitor uPA baru.